MAF dan Misi Kemanusiaan di Perbatasan Kalimantan Utara

 


Misi Mission Aviation Fellowship (MAF): Juruselamat orang di perbatasan.

Siapa juruselamat umumnya orang perbatasan? 

"Orang kulit putih!" begitu jawaban yang spontan diterima. Mengacu ke Misi kemanusiaan. Entah itu dari Amerika, Swiss, Italia, Belgia, maupun negeri Belanda.

Misi Mission Aviation Fellowship (MAF) salah satu saksi-hidup sejarahnya sekian lama. Misi Kemanusiaannya di Perbatasan Kalimantan Utara yang tuntas bekerja tanpa mengharap balas.

Tak terbilang saya naik pesawat itu. Namun, "orang" kecil dan sederhana lebih lagi.

Baca Puncak Kapuas: Puncak Pass-Nya Sanggau, Kalimantan Barat

Bukan yang lain. MAF yang sangat membantu berbagai pelayanan masyarakat Dayak di pedalaman Krayan. Termasuk di Malinau. Sejak 50 tahun yang lalu. Di Tarakan, Kalimantan Utara. 

Puncak peringatan 50 Tahun MAF beroperasi di Indonesia, diadakan  pada 21 Oktober secara meriah pada . Datang Presiden MAF dari Amerika juga.

Pada dekade kedua abad 19, para pimpinan CMA memutuskan untuk melakukan pekabaran ke koloni Hindia Belanda. Misionaris pertama yang diutus adalah David C. Clench dan George E. Fisk yang peristiwa pendaratan pertama terjadi di Kalimantan Timur pada tahun 1929. 

Kisahnya demikian. Adalah Christian Misionary Alliance (CMA) yang berjasa bagi masyarakat pedalaman. Yakni suatu lembaga pekabaran Injil yang lahir di Amerika Serikat pada 1880-an. Misinya ke luar benua, terutama untuk melakukan pekabaran kepada suatu kaum yang masih tertinggal serta untuk mengangkat derajat serta martabat kaum miskin.

Pemandangan anak-anak perbatasan menikmati pesawat mendarat dan terbang.
Pilot dan awak MAF: kemanusiaan tanpa batas.

Pada dekade kedua abad 19, para pimpinan CMA memutuskan untuk melakukan pekabaran ke koloni Hindia Belanda. Misionaris pertama yang diutus adalah David C. Clench dan George E. Fisk yang peristiwa pendaratan pertama terjadi di Kalimantan Timur pada tahun 1929. 

Clench melakukan pekabaran di Balikpapan selama setahun, kemudian pindah ke Samarinda. Ia mengabarkan Injil kepada orang Dayak di Hulu Sungai Mahakam. Sementara Fisk berlayar ke sebuah pulau kecil di wilayah Borneo, Tarakan tempat mangkalnya markas organisasi bisnis minyak kompeni Hindia Belanda. Peristiwa ini terjadi pada 11 Juli 1929.

Singkat cerita. CMA yang melayani. Sekaligus membebaskan masyarakat pedalaman Kalimantan dari keterbelakangan, utamanya bidang kesehatan dan isolasi.

Baca Susana Herpena: Literasi Politik Kaum Perempuan Dan Upaya Menghapus Citra Minor 4-M Perempuan Di Masa Lalu

Kisah mengenai mulianya misi CMA sungguh menggugah. Dana berasal dari sumbangan banyak orang, beberapa janda-janda di Amerika. Dana inilah yang digunakan untuk biaya operasional pesawat. Sekaligus, untuk menggaji pilot.

Di mana-mana, di Kalimantan, ada lapangan terbang, meski landasan tanah. Namun, di Palangka Raya, Landasannya unik: air sungai.

Tampak kaki MAF ketika di udara dan
penampakan luas lagi hijau permainya Dataran Tinggi Borneo.






Khusus Lapangan terbang di Ba Binuang dinamai “Tipa Padan” dan lapangan terbang di Long Padi. 

Kehadiran Misi CMA dari Amerika telah “membebaskan” manusia sungai Krayan dari banyak hal, bukan hanya keterbelakangan bidang pendidikan, melainkan juga kesehatan, mental spiritual dan bidang lainnya.

Baca Masa Depan IKN Dan Ancaman Percepatan Deforestasi Borneo

Landasan pesawat ini hanya dapat digunakan oleh jenis pesawat kecil, seperti Kodiak dan Cessna saja. Khusus bandara Ba' Binuang, kini telah bagus, dan diaspal. (Rangkaya Bada)

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url