Doleng Dona Do Itu Adalah Paoulus Hadi

  • Ketika Pasutri Paoulus Hadi dan Artita ber-doleng donado.
"Doleng Dona Do," lagu rakyat yang mengandung makna mendalam bagi Sanggau, menjadi suatu perwujudan yang signifikan dari kekayaan budaya dan perjalanan sejarah. 

Keterkaitannya dengan figur Paolus Hadi, yang diungkapkan melalui kisah yang dituturkan oleh Shon Afgato, membuka ruang untuk memahami aspek yang lebih dalam dalam perjalanan lagu ini. 

Dalam lanskap budaya Kabupaten Sanggau, lagu ini melebur menjadi lebih dari sekadar irama dan lirik, melainkan menjadi simbol yang menghubungkan kebersamaan, identitas lokal, dan perubahan sosial.

Pada tahap awal, lagu ini muncul sebagai prokem, membawa jejak tradisi yang mencirikan nuansa "Nina Bobo." Komunitas Dayak Bidayuh, khususnya dari Sub Etnis Golik, menggunakan prokem ini untuk merdukan tidur anak-anak. 

Meski demikian, Shon Afgato merasa ada potensi yang lebih dalam di balik alunan sederhana tersebut. Ia memutuskan untuk memperkaya dengan lirik dalam bahasa lokal, memberi dimensi baru pada lagu tersebut dan menjadikannya lebih mudah dicerna oleh semua kalangan. 

Melalui transformasi ini, lagu tak hanya menjadi alat untuk memupuk kebersamaan dan meresapi perubahan pandangan sosial, tetapi juga menghubungkan aliran tradisi dari masa lalu ke dalam aliran yang mengalir di masa sekarang.

Namun, perjalanan "Doleng Dona Do" tak berhenti begitu saja. Kini, ia telah melewati batas-batas Kabupaten Sanggau. Lagu ini telah melangkah ke dalam pesta-pesta dan acara di berbagai sudut, seperti Pontianak, Sekadau, Sintang, Melawi, dan Kapuas Hulu. Lagu yang memancing goyangan pinggul ini menjadi irama yang tak terpisahkan dari berbagai perayaan, menjadi wujud hiburan rakyat yang menyejukkan. 

Meski liriknya mengagungkan keunggulan dan kekhasan Sanggau, tetapi daya tarik "Doleng Dona Do" telah menjelma menjadi sesuatu yang melampaui batas-batas lokal, membawa bersama kesatuan di tengah keragaman.

"Doleng Dona Do" tidak hanya sekadar lagu; ia adalah bagian dari warisan budaya yang mengajarkan pentingnya menghargai serta merawat identitas budaya lokal, sambil dengan tegas memperluas jangkauannya. Lagu ini adalah ilustrasi nyata bagaimana seni dan budaya bisa menjadi pendorong perubahan positif dalam masyarakat. 

Di tengah era globalisasi, "Doleng Dona Do" mengingatkan kita bahwa warisan lokal memiliki potensi untuk membawa dampak yang jauh melampaui batas wilayah, menghubungkan nilai-nilai universal dengan akar-akar lokal melalui medium seni yang lahir dari ruang batin masyarakat.

Ketika melantunkan "Doleng Dona Do," bayangan tentang Paolus Hadi tak dapat dipisahkan. Dengan gaya yang begitu khas, lelaki berpostur tambun dari Jangkang ini telah menciptakan hubungan yang kuat dengan penonton. 

Ia mampu memicu keceriaan dalam setiap pendengar melalui suara merdu yang dimulai dengan "gurindam lagu, gembala suling gembaa...." sebuah pengantar yang mengawali lagunya. 
Kecap, dan nikmati, irama gendang yang mengiringi lagu rakyat Sanggau ini. Benar-benar khas. Terdengar nyaring bunyi tingkah gong: tung, tung, tung! 
DOLENG DONADO- PAOLUS HADI-LAGU DAYAK KALBAR

Tampilan pelantun lagu ini telah menjadi ciri khas yang merangkul masyarakat dan menjadikan Paolus Hadi sebagai ikon yang tak terpisahkan dari lagu "Doleng Dona Do." *)

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url