Prefektur Apostolik Sekadau dan Mgr. Lukas Spinosi, CP

Mgr. Lukas Spinosi, CP dahulu.


SANGGAU NEWS : Lebih dulu ada lembaga Gereja Katolik di Sekadau, meski berstatus "Prefektur". Artinya, suatu wilayah gerejawi yang langsung diawasi dari Vatikan dibandingkan dengan Keuskupan Sanggau.

Inilah wiraceritanya bagaimana para misionaris dari Itali meninggalkan keluarga, harta, dan kenikmatan dunia hanya demi pemeliharaan jiwa-jiwa di tanah misi yang belum mengenal Tuhan.

Berawal dari Keuskupan Ketapang

Secara geografis, wilayah Sekadau dan wilayah Ketapang berbatasan langsung, perbatasan darat. Ditinjau dari wilayah Kabupaten Ketapang, setidaknya ada 3 gerbang utama (Batas) yang menghubungkan wilayah Kabupaten Ketapang dengan Kabupaten Sekadau. 

Baca Pastoran Dan Paroki Sanggau Kapuas Tempo Doeloe

Pertama Desa Kenyabur di Kecamatan Hulu Sungai dengan Desa Ensayang di Kecamatan Nanga Mahap, kedua Desa Merabu Kecamatan Sei Laur, dengan Desa Landau Apin di Kecamatan Nanga Mahap dan ketiga Desa Botong Kecamatan Simpang Hulu dengan Desa Cenayan, juga di Kecamatan Nanga Mahap. 

Dengan kondisi geografis yang bersinggungan langsung seperti itu, sangatlah wajar bila ada warga Sekadau pindah domisili ke Ketapang atau sebaliknya, walaupun kenyataannya warga Sekadaulah yang paling banyak bermigrasi ke wilayah Kabupaten Ketapang, terutama di wilayah Kecamatan Hulu Sungai. 

Baca Keuskupan Sanggau: Awalnya Stasi Tahun 1925

Suatu saat ketika penulis mengikuti kunjungan Pastoral Uskup Ketapang, Mgr.Blasius Pujaraharja ke Paroki Salib Suci Menyumbung pada waktu menjelang Natal 1985, secara bergurau beliau bilang, “ini daerah imigran gelap dari Sekadau”.

Lukas Spinosi kini.

Ditinjau dari faktor historis religious, menurut buku “Jejak- jejak Pasionis di Tanah Kayong” tulisan Amon Stefanus dan Alkap Pasti, sejak tanggal 26 Juni 1954 Ketapang menjadi Prefektur Apostolik Ketapang (Calon Keuskupan) dan 6 tahun kemudian, tepatnya pada 3 Januari 1961 Prefektur Apostolik Ketapang berubah status menjadi Keuskupan Ketapang, dengan Mgr.Gabriel Wilhelmus Sillekens diangkat menjadi Uskup Ketapang pertama pada 28 April 1962. 

Adapun wilayahnya juga meliputi wilayah Sekadau (daerah aliran Sungai Sekadau, Sekadau Hilir, Sekadau Hulu (Rawak), Nanga Taman, Nanga Mahap /RTM) dan wilayah sebelah kanan mudik sungai Kapuas, mulai dari Teraju/Toba, Meliau sampai batas Kabupaten Sintang; sedangkan wilayah kiri mudik sungai Kapuas (daerah Belitang/ Mualang) masih dilayani para misionaris Kapusin dari Keuskupan Agung Pontianak. 

Dalam perkembangan selanjutnya, para misionaris Pasionis asal Italia datang membantu misionaris Pasionis Belanda di Keuskupan Ketapang dengan melayani wilayah Sekadau. Misionaris Pasionis Italia yang pertama datang adalah P.Marcello Di Pietro,CP dan P. Cornelio Serafini, CP, yang menjejakkan kakinya di Sekadau pada tanggal 19 Oktober 1961 bertepatan dengan perayaan St.Paulus dari Salib, pendiri Kongregasi Pasionis. 

Baca Mgr. Agustinus Agus: Kiprahnya Dan Pelayanannya Di Paroki Dan Keuskupan Sanggau

Tanggal 19 Oktober 1961 merupakan tonggak sejarah berkaryanya para misionaris Pasionis Italia di Bumi Lawang Kuwari, yang diikuti oleh kedatangan cukup banyak para misionaris Pasionis Italia berikutnya untuk mengembangkan wilayah ini. 

Setelah mereka berkarya di wilayah Sekadau sekitar 7 tahun, pertumbuhan jumlah umat bertambah pesat, maka pada tanggal 9 April 1968, wilayah Sekadau oleh Vatikan diubah statusnya menjadi Prefektur Apostolik Sekadau, yang wilayahnya meliputi seluruh wilayah Kabupaten Sanggau, dengan Mgr.Michaele Di Simone,CP sebagai Prefeknya yang pertama.

Para misionaris Pasionis ini datang ke kampung- kampung (tourne) dengan berjalan kaki dan bersentuhan langsung dengan situasi umat di pedalaman. Mereka menyaksikan dengan mata kepala sendiri bahwa umat di pedalaman yang notabene adalah orang Dayak masih jauh tertinggal dari segala aspek dibanding suku-suku lain di wilayah Kabupaten Sanggau. Kala itu,  mereka miskin, terbelakang, tidak berpendidikan dan tidak memiliki akses secara politik dan pemerintahan. 

Syukur ada Misi. Juga peran Mgr. Lukas Spinosi, CP yang mendirikan sekolah-sekolah dan asrama unuk anak-anak Dayak pedalaman era tahun 1970-an.

Pelayanan pendidikan

Pelayanan pastoral umat tanpa memberdayakan mereka di bidang sosial, ekonomi, pendidikan dan lain-lain akan terasa timpang, bahkan tidak bisa jalan. Oleh sebab itu, Prefek sebagai pemimpin gereja lokal Prefektur Apostolik Sekadau waktu itu, melakukan berbagai langkah strategis untuk pemberdayaan umat. 

Langkah pertama, melalui Yayasan Karya Sekadau mereka mendirikan setidaknya 35 SD Karya di seluruh wilayah Prefektur.(Saat itu SD Negeri masih sangat terbatas jumlahnya). Di tingkat SMP, didirikan SMPK Santo Gabriel Sekadau (1968), SMPK St.Maria Goreti di Pakit (1968) yang kemudian dipindahkan ke Sei Ayak dan SMPK Suparna Senangak (1971) yang kemudian dipindahkan ke Nanga Taman. 

Setelah sekolah-sekolah dibangun maka timbul persoalan: tenaga gurunya tidak tersedia. Untuk sementara Yayasan Karya mendatangkan guru dari Jawa Tengah, khususnya dari SPG Van Lth Muntilan. 

Langkah berikutnya, untuk mengisi kekurangan guru SD di Sekolah-sekolah Yayasan ini, mereka mendirikan SPG St.Paulus Sekadau pada tahun 1971; untuk memenuhi kebutuhan guru Agama Katolik didirikanlah PGAK St.Heronimus pada tahun 1979, disusul dengan pendirian SMA Karya pada tahun 1981. 

Selanjutnya, agar anak- anak SLTP dan SLTA bisa belajar dengan nyaman di Sekadau, maka harus tersedia tempat hunian yang dapat menjamin keberlangsungan studi mereka.

Pendidikan berbasis Asrama

 Untuk itu maka didirikan Asrama Putri (Astri) St.Maria Goreti (1968), Asrama Putra (Astra) St.Gabriel (1968) dan Asrama Putra Jalan Sanggau, untuk siswa SPG (1971). Di Pakit dan di Senangak juga dibangun asrama pelajar putra dan putri bagi pelajar SMPK.

P.Lukas D.Spinosi,CP diberi tanggungjawab atas pelayanan bidang Pendidikan Prefektur Apostolik Sekadau melalui Yayasan Karya yang menaungi Karya Pendidikan. Pada tahun-tahun awal berdirinya, P.Lukas D.Spinosi,CP juga menjadi Kepala SMPK St.Gabriel Sekadau dan SPG St.Paulus Sekadau, sekaligus menjadi pemimpin Asrama. 

Untuk memenuhi kebutuhan pembangunan Kapel / Gereja, didirikan Bengkel Perkayuan di belakang SDK Slamet Riyadi Sekadau yang dipimpin oleh Br.Carlo Ferrari,CP

Pada tanggal 1 September 1972, Mgr.Michele Di Simone mengundurkan diri sebagai Prefek Prefektur Apostolik Sekadau dan sebagai penggantinya Vatikan mengangkat P.Lukas D. Spinosi,CP. Pada masa kepemimpinan Prefek pertama, Mgr.Michaele Di Simone, Prefektur Apostolik Sekadau belum memiliki Kantor sendiri, masih menyatu dengan Biara Pusat CP di Sekadau. 

Baru pada tahun 1979, Mgr.Lukas mendirikan Kantor dan Wisma Prefek yang menjadi kantor sekaligus tempat tinggal seorang pemimpin Prefektus Apostolik, setelah setahun sebelumnya Mgr.Lukas, demikian Ia biasa dipanggil sempat mendiami bagian depan dari Gedung Seminari Menengah Pasionis St. Gabriel Sekadau. Gedung atau Kantor dan rumah tinggal Prefek ini cukup megah pada masa itu, yang berada di Jalan Rawak, tidak jauh dari Gedung Seminari St. Gabriel.

Dari Prefektur Apostolik Sekadau menjadi Keuskupan Sanggau

Pada tanggal 8 Juni 1982 atau setelah sekitar 10 tahun menjabat sebagai Prefek (1972 – 1982) Mgr. Lukas Spinosi, CP mengundurkan diri sebagai prefek apostolik. Vatikan mengangkat status Prefektur Apostolik Sekadau menjadi Keuskupan Sanggau yang berkedudukan di Sanggau, yang merupakan ibu kota Kabupaten Sanggau, sedangkan Sekadau saat itu masih kota kecamatan. 

Sebelum dijabat secara defenitif oleh Mgr.Julius Giulio Mencuccini,CP pada 22 Januari 1990, Uskup Keuskupan Sanggau sempat mengalami masa transisi dari 8 Juni 1982 sd. 22 Januari 1990 dimana Uskup Sanggau masih dirangkap oleh Uskup Agung Pontianak, Mgr.Heronimus H.Bumbun, sebagai Administrator Apostolik.

Setelah Mgr.Lukas D. Spinosi,CP mengundurkan diri, ia kembali ke Italia dan selanjutnya menetap di Australia. Gedung Prefektur Apostolik Sekadau beralih fungsi menjadi Stasiun Radio Dermaga, milik Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) Keuskupan Sanggau.

Belakangan, Gedung yang berada tepat di depan SMA Karya itu beralih fungsi menjadi tempat Keling Kumang Mart dan Lupung Cofee, yang membuat kompleks itu semakin ramai.

Setelah Sekadau berubah menjadi kota Kabupaten baru sejak 18 Desember 2003, akankah impian para Misionaris Pasionis untuk menjadikan Sekadau menjadi sebuah Keuskupan akan terwujud dalam beberapa waktu ke depan? 

Waktu akan menjawabnya. 

(R.Musa Narang).

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url