Gibran Makin ke Depan, Jokowi Kian ke Belakang

Gibran yang makin ke depan, Jokowi kian ke belakang.

SANGGAU NEWS : Jokowi sedang merajut dinasti politik dengan memainkan politik dinasti.

Sebenarnya, tak ada salah dengan papan catur yang sedang dimainkan Pak De. Yang salah adalah penonton. Yang tidak paham arah langkah bidak-bidak. Apalagi langkah kuda, benteng, dan raja yang dimaikan Jokowi. 

Prabowo-Gibran sebagai calon Presiden dan Wakil Presiden 2024-2029 dalam arena politik saat ini tentu saja merupakan kejutan yang dapat mempengaruhi dinamika politik di negara Pancasila. 

Pada saat munculnya pasangan kombinasi tua-muda ini, mencuat  berbagai pandangan. Sekaligus memunculkan tanggapan yang beragam dari masyarakat dan para pengamat politik.

Strategi politik memang sering kali melibatkan kejutan, taktik, dan strategi yang dirancang untuk memenangkan pemilihan atau mencapai tujuan politik tertentu. 

Inilah yang terkesan kuat dalam deklarasi Prabowo-Gibran tadi. Mengingatkan kita pada Sun Tzu, seorang filsuf militer Tiongkok kuno, dikenal dengan karyanya "Seni Perang," yang banyak dikutip dan diaplikasikan dalam berbagai aspek, termasuk politik.

Baca Lasarus Atau Sutarmiji Untuk KB-1, 2024

Penting untuk diingat bahwa dalam politik, strategi dan taktik yang digunakan dapat sangat beragam yang hasilnya bergantung pada faktor-faktor seperti dukungan publik, pemahaman isu-isu politik, serta konteks sosial dan ekonomi saat itu. 

Kejutan politik bisa menjadi alat yang efektif jika digunakan dengan cerdik, tetapi juga dapat menciptakan ketidakpastian di kalangan pemilih.

Masyarakat dan pengamat politik sering kali memiliki reaksi beragam terhadap perubahan dalam dinamika politik, termasuk kejutan seperti pasangan Prabowo-Gibran. 

Yang penting dalam demokrasi adalah bagaimana proses pemilihan dan kampanye berlangsung, serta bagaimana keputusan akhir dibuat oleh pemilih. Dalam demokrasi, pemilih memiliki hak untuk memilih calon yang mereka yakini akan mewakili kepentingan mereka dengan baik.

Politik-dinasti
Politik dinasti dan nepotisme dapat bervariasi dan tidak selalu bersifat negatif. Dalam banyak kasus, tergantung pada bagaimana praktik tersebut dikelola dan dampaknya pada pemerintahan dan masyarakat.

Di beberapa negara, politik dinasti dapat memberikan kestabilan dan kontinuitas. Ketika anggota keluarga yang terlibat dalam politik memiliki rekam jejak yang baik dan kompeten, hal ini bisa dianggap positif. 

Contoh-contoh politik dinasti di Amerika Serikat dan Korea adalah praktik-baik (best practice) yang relevan.

Amerika Serikat memiliki sejarah panjang dengan politik dinasti, seperti keluarga Kennedy, Bush, dan Clinton. Beberapa anggota keluarga ini mencapai posisi politik tertinggi di negara ini. Namun, banyak anggota keluarga tersebut juga memiliki rekam jejak yang memadai dalam pelayanan publik, sehingga pemilihan mereka bisa dianggap berdasarkan prestasi mereka.

Baca Belajar Dari Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) : Modal Nekad (2)

Korea Selatan juga memiliki beberapa keluarga politik yang mendominasi panggung politik. Sebagai contoh, keluarga Park dan keluarga Roh telah memegang jabatan presiden. 

Bisa jadi, seperti pemain nasional Brasil dan Argentina. Yang bertanding, masuk arena, dengan 2 tim sama baiknya. Pak De sedang memainkan 2 tim. Dalam kalkulasinya, bisa jadi akan terjadi 2 putaran. Dalam putaran kedua, tidak ada yang kalah. Sama-sama menang.Tinggal bagi-bagi hadiah!

Dalam beberapa kasus, mereka mungkin memiliki dukungan kuat dari pemilih karena mereka dianggap mewarisi tradisi politik yang dihormati atau dianggap memiliki pemimpin yang kompeten.

Namun, penting untuk diingat bahwa politik dinasti dan nepotisme dapat menjadi negatif jika praktik tersebut mengarah pada ketidakadilan, korupsi, atau monopoli kekuasaan. 

Ituah politik
Penting juga bagi masyarakat dan lembaga pengawas untuk memastikan bahwa sistem politik tetap transparan, adil, dan demokratis. Praktik yang membatasi akses yang adil untuk semua orang, terlepas dari koneksi keluarga, dapat merusak integritas sistem politik.

Dalam setiap konteks politik, penting untuk mempertimbangkan keuntungan dan kerugian dari politik dinasti dan nepotisme, dan apakah mereka benar-benar mencerminkan kepentingan masyarakat dan keadilan.

Para pemain politik praktis, mestinya siap dengan kenyataan dinamika yang demikian cepat dan tak terduga seperti ini. Tidak perlu kaget. Tidak usah kecewa. Apalagi merana! Nikmatilah sebagai permainan. Maka Anda akan lega. 

Tidak perlu mengatakan, "Tidak konsisten. Tidak menyatu antara ucapan dan tindakan. Ini bukan tentang moral, tapi tentang politik!'

Apakah politik?
Harold Dwight Lasswell adalah seorang ilmuwan politik dan ahli komunikasi terkemuka yang membuat berbagai kontribusi dalam bidang ilmu politik. 

Salah satu pandangan dasarnya tentang politik adalah apa yang dikenal sebagai "Definisi-fungsi-politik" atau Politik menurut Lasswell

Pertanyaan dan jawaban "Who Gets What, When, How" dijelaskan Laswell dalam bukunya terkenal yang terbit pada tahun 1936 di bawah judul Politics: Who Gets What, When, How.

Pandangan politik Laswell ini menyoroti beberapa konsep utama:

  1. Who (Siapa): Pertanyaan ini merujuk pada aktor-aktor politik atau kelompok-kelompok yang terlibat dalam proses politik. Ini mencakup pemerintah, partai politik, kelompok kepentingan, dan individu-individu yang memiliki peran dalam pengambilan keputusan politik.
  2. Gets What (Apa yang Didapatkan): Ini mengacu pada alokasi sumber daya dan kekuasaan dalam masyarakat. Politik adalah cara untuk menentukan siapa yang mendapatkan akses ke sumber daya dan manfaat sosial. Ini termasuk keputusan tentang anggaran, kebijakan, dan distribusi kekayaan.
  3. When (Kapan): Ini berkaitan dengan waktu dan urutan peristiwa politik. Kapan keputusan diambil, kapan kebijakan diberlakukan, dan kapan perubahan politik terjadi adalah bagian penting dari analisis politik.
  4. How (Bagaimana): Ini berfokus pada metode dan proses yang digunakan dalam politik. Bagaimana keputusan dibuat, bagaimana pengaruh politik dijalankan, dan bagaimana konflik diatasi adalah pertanyaan yang penting.

Dalam pandangan Laswell, politik adalah tentang distribusi kekuasaan dan sumber daya di masyarakat. Ia memandang politik sebagai proses yang melibatkan komunikasi, negosiasi, dan pengambilan keputusan. 

Definisi Laswell ini telah menjadi kerangka kerja yang berguna untuk menganalisis berbagai aspek politik dalam konteks sosial, ekonomi, dan politik yang lebih luas.

Dalam Program Pascasarjana Ilmu Komunikasi, pada matakuliah Politik Komunikasi, diajarkan "kecerdasan" berkomunikasi. Agaknya, keteramplan komunikasi-politik dimaksud tegak lurus dengan Jokowi.

Pak De Memainkan 2 Tim
Tentu saja, Pak De adalah seorang ahli dalam seni komunikasi. Seperti seorang maestro, dia menguasai seluk-beluk jurus komunikasi dengan sangat baik. Seperti bermain dalam sebuah orkestra, dia tahu kapan harus memainkan melodi yang benar. Kapan harus membisikkan kata-kata bijak, memanfaatkan momen yang tepat untuk menjalin hubungan.

Baca Etnis Tionghoa Di Sanggau : 130 Tahun Di Bumi Daranante

Begitu juga, dia memiliki indera yang tajam untuk mengetahui kapan saatnya tertawa. Tertawa bukan hanya sekadar ekspresi kebahagiaan, tetapi juga alat yang kuat dalam komunikasi. Tertawa dengan tulus dapat memecah ketegangan, membangun ikatan dengan orang lain, dan membuat percakapan lebih hidup.

Pak De, seorang yang bijaksana, menunggu dengan penuh kesabaran timing yang tepat. 

"Pak Lurah" tahu bahwa komunikasi bukan hanya sekadar berbicara, tetapi juga mendengarkan dan memahami. Seperti seorang pemain sepak bola yang menunggu timing yang tepat untuk mencetak gol atau seorang pemain catur yang mencari kesempatan untuk skak mat, Pak De mencari momen yang paling efektif untuk menyampaikan pesannya.

Dia adalah seperti pemain nasional Brasil dan Argentina yang bertanding di lapangan yang sama. Dua tim yang sama baiknya, saling mengerti, dan bermain dalam harmoni. Dalam permainan komunikasinya, Pak De memainkan dua tim yang berbeda, dengan perencanaan yang cermat.

Dalam kalkulasinya, Pak De memperhitungkan bahwa mungkin akan ada dua putaran dalam permainannya. 

Tetapi yang menarik, dalam putaran kedua, tidak ada yang kalah. Semua pihak sama-sama menang karena komunikasi yang baik adalah kemenangan bagi semua orang yang terlibat.

Ketika permainan selesai, Pak De berbagi hadiah. Hadiah dalam bentuk pengertian, kerjasama, dan hubungan yang kuat. 

Seperti seorang master, perancang permainan 17-an yang menghadiahkan secara cuma-cuma kepada orang-orang yang manjat pinang, Pak De adalah seorang maestro politik nasional saat ini yang menjadikan panggung keramaian pesta rakyat seni bicara dan tindakannya. 

Setiap warganegara punya hak dipilih dan memilih yang sama. Dipilih adalah kesempatan sekaligus kesempitan yang rare, yang tidak setiap warga memiliki peluang modal dan perahu. Namun, memilih adalah hak  warganegara yang menjadikan seorang presiden dan wakil presiden di era pemilihan langsung seperti saat ini.

Permainan belum mulai. Baru pada tahap mengumumkan pemain. Belum masuk tahap pendaftaran ke panitia penyelenggara. Namun, aroma kemeriahan serta hiruk pikuknya, mulai terasa.

Yang pasti, Pilpres 2024 sarat dengan kejutan. Bagaimana memenangkan pertandingan merebut sebanyak mungkin hati rakyat Indonesia, memang masih belum. 

Namun, telah banyak yang mengubah pilihan. Berpikir ulang akan nyoblos pasangan mana nanti di bilik suara yang bebas-langsung-rahasia. (Rangkaya Bada)

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url