Etnis Tionghoa Di Sanggau : 130 Tahun di Bumi Daranante (2)

  • Lim San (kanan, kaos putih) dengan sabar menemani tamu mengunjungi toapekong Tridarma, Sanggau.

SANGGAU NEWS : Tionghoa adalah warga yang menyatu dengan penduduk di Sanggau, Kalimantan Barat. Rumah, toko, perkampungan, serta rumah ibadah Tionghoa di Sanggau kini berada di suatu kawasan di Jalan Kartini. 

"Sobat" adalah sapaan warga Sanggau untuk menyapa etnis Tionghoa dalam komunitas mereka. 

130 tahu lalu tiba di Sanggau

Namun, generasi saat ini telah kehilangan jejak sejarah mengenai akar-akar nenek moyang mereka. Klenteng Tridarma yang berlokasi di Jalan Kartini, Ilir Kota, Kecamatan Kapuas, Sanggau, telah tegak kokoh selama lebih dari 130 tahun, menjadi simbol yang mendalam dan kuat dari akar budaya Tionghoa yang meresap dalam tanah dan menyatu dengan kehidupan sehari-hari di sekitarnya.


Baca Etnis Tionghoa Di Sanggau (1)

Menariknya, Etnis Tionghoa di Sanggau tidak hanya terdiri dari penganut agama Buddha saja. Keterangan dari Lim San, seorang yang terlibat dalam kelengkapan klenteng Tridarma Sanggau, mengungkapkan bahwa selain penganut Buddha, ada juga individu-individu yang menganut agama Katolik dan Kristen Protestan. 

Keberagaman kepercayaan dan agama etnis Tionghoa ini menunjukkan  komunitas Tionghoa di Sanggau menyatu dengan penduduk asli dan sekitarnya.


  • Di muka klenteng Tridarma, Sanggau.
Dalam berabad-abad tinggal di Sanggau, etnis Tionghoa telah menjalin interaksi yang erat dengan penduduk lokal, menciptakan suatu pola kehidupan yang harmonis dan inklusif. Identitas etnis dan agama tidak lagi bersifat eksklusif, melainkan telah bertransformasi menjadi inklusif. 

Klenteng Tridarma Sanggau, sebagai pusat kepercayaan dan budaya Tionghoa, tidak hanya dikunjungi oleh penganut agama Buddha, tetapi juga oleh mereka yang memiliki latar belakang agama yang berbeda. 

Para pengunjung merasa akrab dengan klenteng ini, dan penjaga klenteng dengan hangat mengundang pengunjung untuk menjelajahi setiap sudut klenteng, mengamati hiasan-hiasan dan ornamen yang ada, sambil berbagi informasi seputar sejarah dan tahun pendirian yang terpampang jelas di dinding klenteng.

Saksi sejarah etnis Tionghoa di Sanggau

Klenteng ini saksi tentang bagaimana etnis Tionghoa di Sanggau telah berhasil mempertahankan akar budaya mereka. Sekaligus membuka hati, pikiran, dan sekat asal usul leluhur dari Tiongkok lebar-lebar untuk mengakomodasi keberagaman. dan keIndonesiaan. 

Klenteng Tridarma Sanggau menjadi lambang konkret dari kerukunan dan interaksi antarbudaya yang harmonis, mengilustrasikan bahwa sejarah, identitas, dan agama dapat bersatu dalam suatu konteks yang inklusif.

 merupakan bagian yang tak terpisahkan dari komunitas penduduk Sanggau, Kalimantan Barat. Di kawasan Jalan Kartini, bangunan rumah, toko, permukiman, dan tempat ibadah Tionghoa saling berdampingan, menciptakan suatu lingkungan yang khas dan multikultural. 

Dalam komunitas ini, panggilan akrab "Sobat" digunakan oleh penduduk Sanggau untuk bersapa dengan anggota etnis Tionghoa. Sayangnya, arus waktu telah memudarkan jejak sejarah mengenai akar-akar nenek moyang mereka, sehingga generasi saat ini kehilangan pemahaman mendalam mengenai asal-usul mereka.

Klenteng Tridarma, yang berdiri megah di Jalan Kartini, Ilir Kota, Kecamatan Kapuas, Sanggau, menjadi bukti fisik dan spiritual dari ketahanan budaya Tionghoa. 

Sudah berdiri selama lebih dari 130 tahun, klenteng ini melambangkan keteguhan dan kekokohan akar budaya yang telah meresap dalam setiap aspek kehidupan sehari-hari, seolah-olah menjadi bagian integral dari lingkungan sekitarnya.

Menariknya, masyarakat Tionghoa di Sanggau tidak hanya terdiri dari penganut agama Buddha. Lim San, seorang yang terlibat dalam kelengkapan klenteng Tridarma Sanggau. Dengan senyum ramah dan kata murah menjelaskan bahwa dalam komunitas ini juga ada warga Tionghoa  yang menjalankan agama Katolik dan Kristen Protestan. 

Dengan demikian, masyarakat Tionghoa di Sanggau menunjukkan dengan tegas bahwa keberagaman dalam keyakinan agama telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas mereka.

Klenteng ini saksi tentang bagaimana etnis Tionghoa di Sanggau telah berhasil mempertahankan akar budaya mereka. Sekaligus membuka hati, pikiran, dan sekat asal usul leluhur dari Tiongkok lebar-lebar untuk mengakomodasi keberagaman. dan keIndonesiaan. 

Berabad-abad lamanya, etnis Tionghoa telah menjalin interaksi yang erat dengan penduduk lokal Sanggau. Pola kehidupan yang terbentuk adalah hasil dari kolaborasi harmonis dan inklusif. 

Klenteng Tridarma Sanggau: pusat budaya Tionghoa

Identitas etnis dan agama kini telah mengalami transformasi dari yang eksklusif menjadi inklusif. Klenteng Tridarma Sanggau, selain menjadi tempat ibadah dan pusat budaya Tionghoa, juga menjadi titik pertemuan bagi berbagai latar belakang agama. Pengunjung dari beragam keyakinan merasa akrab dengan suasana klenteng ini. 

Para penjaga klenteng tidak hanya membuka pintu dengan ramah, tetapi juga mengajak pengunjung untuk menjelajahi setiap sudut klenteng, mengamati dengan penuh keterlibatan hiasan dan ornamen yang memenuhi tempat ini. 

Komunitas Tionghoa juga dengan senang hati berbagi informasi tentang sejarah klenteng serta tahun pendiriannya yang terukir jelas di dinding.

Kisah ini memperlihatkan bagaimana etnis Tionghoa di Sanggau berhasil mempertahankan akar budaya mereka sambil tetap membuka diri untuk merangkul keberagaman dalam bidang agama. 

Klenteng Tridarma Sanggau menjadi bukti konkret. Bahwa kerukunan dan interaksi lintas budaya bisa terwujud dengan harmonis. Ini mengilustrasikan bahwa sejarah, identitas budaya, dan agama dapat bersatu dalam satu wadah inklusif, menciptakan harmoni dalam perbedaan. (Bersambung)

--Rangkaya Bada

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url