Muara Sungai Sekayam, 1937

Muara Sungai Sekayam di mana ia menyatu dengan Sungai Kapuas di Sanggau, 1937.
Dok. Sanggau News

Sanggau menyimpan berbagai kisah sejarah. Sebagian masih merupakan "tacit knowledge", yakni pengetahuan, peristiwa, dan pengalaman yang belum digali. Sedemikian rupa, menjadi dokumen, teks, dan gambar-gambar.
Baca Sejarah Sanggau

Menurut teori maka apa yang belum digali ini jauh lebih banyak, sekitar 95%. Itu sebabnya riset, menulis, dan publikasi yang kesemuanya bisa disarikan ke dalam "literasi" seperti yang saat ini kita lakukan; sangat perlu. 

Muara Sungai Sekayam ini salah satu situs yang perlu dieksplorasi dan ditelusuri. Kita tidak pernah tahu seperti apa kerangka kapal peninggalan zaman Hindia Belanda di dasarnya? Ratusan tahun berlalu, apakah masih ada kerangka badan kapal dan potongan-potongan obsidian di situ?
Salah satu dari sekian banyak yang belum digali itu adalah kisah orang tua mengenai tenggelamnya kapal kompeni Hindia Belanda di muara sungai Sekayam yang dikenal dengan NIRUB. Menurut kisah orang tua, kependekan dari Nederland Indie Rubber. Yakni kepal selam milik kompeni Hindia Belanda khusus untuk mengangkut karet alam dari rakyat.

Bunyi kapal NIRUB meraung-raung seperti raksasa batuk. Jika mendengar ada bunyi NIRUB maka anak-anak akan berlari mencari persembunyian. Konon katanya jika bertemu akan diangkut dan dimasukkan Belanda ke dalam kapal selam dan akan dibawa entah ke mana?

Di dasar perairan laut Indonesia diketahui banyak sekali kapal zaman Perang Dunia I dan II tenggelam. Dan ini menjadi "kekayaan" yang belum dimanfaatkan. Tidak pernah kita dengar kabar terbuka mengenai eksplorasi harta karun di laut itu. 

Suatu waktu, terkhusus di dasar-dasar sungai Kalimantan; perlu ekspedisi dan eksplorasi tersendiri. Tentu saja memakan biaya dan tenaga yang tidak sedikit. Namun, hal ini perlu untuk penelusuran sejarah. Selain menginventarisasi harta karun yang pastinya sangat bernilai.

Muara Sungai Sekayam ini salah satu situs yang perlu dieksplorasi dan ditelusuri. Kita tidak pernah tahu seperti apa kerangka kapal peninggalan zaman Hindia Belanda di dasarnya? 

Ratusan tahun berlalu, apakah masih ada kerangka badan kapal dan potongan-potongan obsidian di situ? Ataukah semuanya telah jadi batu? Atau malah hanyut atau yang pastinya terbenam semakin ke dasar oleh penumpukan lumpur secara lambat laun sekian ratus tahun lamanya?

Suatu hal yang kita sangat ingin ketahui.*)
Jangan lewatkan Daranante, Wangsa Majapahit Dari Labae Lawae (Sukadana)

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url