Sekadau Berawal dari "Batang Adau", sebuah Kota Raja Dahulu Kala

Raja-raja Sekadau berserta keturunannya di masa lampau. Foto: Istimewa.

SANGGAU NEWS : Bermula dari sebuah kota kecil yang disebut Kotaraja. Maka perjalanan Sekadau menuju statusnya saat ini sebagai sebuah kabupaten penuh dengan warna dan kejutan. Semuanya bermula dari sebatang pohon yang tegar bernama "adau", yang tumbuh subur di muara sungai Sekadau pada masa lalu. 

Dari sini, sebuah kerajaan tumbuh dan berkembang, memperlihatkan kehidupan yang penuh dengan intrik politik dan keturunan bangsawan yang ambisius.

Pertama berdiri di Kematu

Kerajaan Sekadau, yang pertama kali berdiri di Kematu, dipimpin oleh seorang pangeran yang bijaksana bernama Engkong, yang memiliki akar kekerabatan dengan Kerajaan Sanggau. Namun, seperti halnya dalam sejarah banyak kerajaan, persaingan internal dan ambisi memunculkan perpecahan. 

Setelah kematian Engkong, putranya, Kadar, naik tahta meskipun ada kekecewaan dari saudaranya, Agong, yang kemudian menjauh ke Lawang Kuari. Namun, tidak hanya Agong yang menyimpang dari lintasan utama, saudaranya, Senarong, juga mendirikan kerajaan sendiri di Belitang (Lontaan, 1975, halaman 178 - 181).

Perjalanan kerajaan Sekadau tidak pernah terlalu lurus. Kematian Kadar membuka jalan bagi putranya, Suma, untuk mengambil alih tahta dan memindahkan pusat pemerintahan ke Sungai Barak, yang sekarang menjadi Desa Mungguk. Tetapi, perjalanan Sekadau tidak berakhir di sini.

Masa kemerdekaan membawa perubahan besar bagi Sekadau. Dalam semangat bersatu dengan Republik Indonesia, kerajaan Sekadau menyerahkan administrasinya kepada pemerintah pusat. Ini adalah langkah besar menuju modernisasi dan integrasi yang lebih besar dalam tubuh negara kesatuan Republik Indonesia. Dari sini, evolusi ke arah kewedanaan dan kemudian kecamatan menunjukkan adaptasi yang berkelanjutan terhadap perubahan zaman dan politik.

Namun, semangat otonomi daerah membawa Sekadau ke babak baru dalam sejarahnya. Dengan dukungan tokoh-tokoh lokal yang berdedikasi, seperti H. Usman Djafar, Paulus Lion, dan Ali Daud, Sekadau bertransformasi menjadi sebuah kabupaten yang mandiri pada tahun 2003. 

Sentuhan pemikiran dan upaya para tokoh itu menandai tonggak penting dalam perjalanan panjang dari sebuah kota kecil yang bernama Kotaraja menjadi sebuah entitas administratif yang mapan dan dinamis yang kita kenal sebagai Kabupaten Sekadau saat ini.

Objek wisata menarikdan kekayaan daerah

Sekadau adalah daerah yang masih kaya akan sumber daya alamnya, dengan sektor utama terletak pada perkebunan, pertanian, dan layanan. Di sektor perkebunan, komoditas unggulannya meliputi kelapa sawit, kakao, karet, kopi, kelapa, dan lada. Sedangkan dalam subsektor pertanian, komoditas utamanya termasuk jagung, ubi jalar, dan ubi kayu. Sekadau juga menawarkan potensi pariwisata yang menonjol, terutama dalam bentuk wisata alam.

Batu Tinggi, dalam Sekadau, merupakan slaah satu objek wisata alam menarik di kota Sekadau. Adilbertus AS, Masri, dan Hery mengacungkan jempol, tanda setuju. Foto: dok. Masri Sareb.

Salah satu kekayaan budaya Sekadau adalah kerajinan Tenun Mualang, yang menghasilkan kain tapeh dengan motif kain Engkerebang, Pangit, dan lainnya. Di daerah Menawai Lingkau, terdapat kerajinan anyam Tangoy yang terkenal, sementara kerajinan anyaman seperti bakul dapat ditemukan di daerah Nanga Taman dan Nanga Mahap.

Kabupaten Sekadau juga memiliki warisan sejarah yang kaya, seperti Lawang Kuari. Objek wisata sejarah ini memiliki daya tarik tersendiri karena aksesnya melalui perjalanan menyeberangi Sungai Kapuas dengan speed boat. 

Perjalanan ini tidak hanya menawarkan pemandangan bahari yang memukau, tetapi juga memperkenalkan wisatawan pada keindahan sungai Kapuas dengan gelombang pasang yang mengagumkan. Di era Kerajaan Sekadau, Lawang Kuwari digunakan oleh Pangeran Agong sebagai tempat persembunyian dan pertapaan.

Lawang Kuwari merupakan salah satu objek wisata sejarah utama di Sekadau. Dibangun dengan tujuan untuk memperkenalkan Sekadau kepada dunia, Lawang Kuwari bukan hanya menjadi museum hidup, tetapi juga sebuah representasi dari sejarah Sekadau pada masa lalu. 

Paulus Misi, yang pernah menjabat sebagai Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sekadau, dengan penuh semangat membangun kawasan ini sebagai bagian dari upaya untuk memperkenalkan kekayaan sejarah dan budaya Sekadau kepada dunia.

Potensi dan luasan Sekadau

Kabupaten Sekadau, dengan ibu kota di Sekadau, merupakan tempat tinggal bagi 217.468 penduduk pada tahun 2022, menurut data resmi setempat. Keberagaman etnis dan agama menjadi ciri khasnya, dengan mayoritas penduduk berasal dari suku Dayak, Senganan, Tionghoa, dan Jawa. Agama-agama yang dominan dianut termasuk Katolik, Kristen Protestan, Islam, dan Kong Hu Cu, menunjukkan keberagaman dan toleransi yang ada di wilayah ini.

Kabupaten Sekadau mencakup luas wilayah 5.444 km², atau sekitar 3,71% dari total luas Provinsi Kalimantan Barat. Wilayah ini terbagi menjadi 76 desa dan 7 kecamatan, yaitu Kecamatan Sekadau Hilir, Sekadau Hulu, Belitang, Belitang Hilir, Belitang Hulu, Nanga Mahap, dan Nanga Taman.

Dalam konteks kepemimpinan saat ini, Kabupaten Sekadau dipimpin oleh Bupati Aron, S.H., yang mulai menjabat sejak 10 Juni 2021, bersama dengan Wakil Bupati Subandrio, S.H., M.H. 

Aron dan Subandrio adalah pasangan kepala daerah yang ketiga sejak Kabupaten Sekadau resmi berdiri pada tanggal 18 Desember 2003, setelah berpisah dari kabupaten induknya, Sanggau dan menjadi daerah otonomi baru (DOB) pada 2003. 

Penetapan Sekadau sebagai DOB ini menandai tonggak penting dalam perjalanan Kabupaten Sekadau menuju kedewasaan administratif dan pemerintahan yang stabil.

Penulis: R. Musa Narang
Editor: Masri Sareb Putra

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url