Gayam Mural: Membahas Eksistensi dan Masa Depan Penduduk Lokal Pasca Dibukanya Jalan Malinau - Krayan

Gayam mural yang seru dipimpin Dr. Apri, STP.

SANGGAU NEWS : Di Batu Ruyud, Ba' Binuang, Krayan (Kalimantan Utara) pada sebuah Gayam mural (bincang-bincang santai) belum lama ini tercetus sebuah gagasan brilian. 

Meski peserta diskusi warga sederhana dari Fe' Milau, Ba' Binuang, dan Long Padi; ada solusi bersama yang disepakati untuk "menangkal" masuknya pengaruh luar ke The Hearts of Borneo seiring dengan terbukanya isolasi yang selama ini mengungkungi Krayan dengan dunia luar. Yakni terbukanya akses jalan tembus Malinau - Ba' Binuang sejauh 147 km yang sudah mulai bisa difungsikan dan dilalui kendaraan roda dua dan roda empat double gardan.

Dipandu Dr. Apri

Peserta gayam mural duduk bersama. Mereka membahas tentang tantangan yang dihadapi oleh masyarakat Krayan, terutama terkait dengan terbukanya akses jalan Malinau - Ba' Binuang, Krayan, Kalimantan Utara.
Penampakan ruas jalan tembus Malinau - Ba Binuang (Krayan), bisa dilalui, namun masih kondisinya eksrem di sana sini.

Dr. Apri, STP, memandu diskusi dengan bijak. Ia mengarahkan pembicaraan pada pemahaman bahwa terbukanya akses jalan ini membawa tantangan sekaligus peluang, sesuai dengan konsep Adversity Quotient yang diungkapkan oleh Paul Stoltz.

Para peserta diskusi merenungkan tentang banyaknya orang luar Krayan yang memasuki wilayah mereka yang masih hijau. Orang asli Krayan menyadari bahwa kedatangan pendatang ini tidak hanya membawa pengaruh luar, tetapi juga mengancam berbagai aspek kehidupan masyarakat Krayan, mulai dari ekonomi hingga budaya dan kepercayaan.

Cara tetap eksis

Dalam suasana yang penuh dengan semangat kebersamaan, mereka mencoba mencari cara untuk tetap eksis dan mempertahankan identitas mereka. 

Peserta diskusi berbicara tentang pentingnya memperkuat ekonomi lokal, mengembangkan pendidikan dan kesadaran budaya, membangun institusi-institusi lokal yang kuat, dan memastikan pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan.

Peserta Gayam mural menyadari bahwa kolaborasi dan solidaritas antara masyarakat lokal, pemerintah, dan pihak-pihak terkait lainnya sangatlah penting. Dengan bersatu dan bekerja sama, mereka yakin bahwa mereka dapat menghadapi segala tantangan dengan lebih tangguh.

Dalam diskusi yang dipandu oleh Dr. Apri, STP, mereka semua merasa terinspirasi dan yakin bahwa dengan tekad dan kerja keras, mereka dapat melewati setiap rintangan dan menjaga kelestarian serta keberlanjutan masyarakat Krayan, meskipun terbuka terhadap pengaruh luar.

Jangan gadai tanahmu

Tanah dan bumi Krayan merupakan warisan berharga yang telah diwarisi oleh nenek moyang masyarakat setempat selama berabad-abad. 

Kesepakatan untuk mempertahankan warisan ini telah diwujudkan melalui Peraturan Desa dan sistem kelembagaan adat yang kuat. Ini bukanlah keputusan yang diambil dengan ringan, tetapi sebagai manifestasi dari komitmen yang dalam untuk menjaga keberlanjutan lingkungan dan kehidupan masyarakat.

Lebih dari sekadar peraturan formal, keyakinan yang diyakini oleh masyarakat setempat adalah bahwa Taman Nasional Kayan - Mentarang adalah bagian integral dari wilayah adat mereka, bukan sebaliknya. Ini bukan hanya soal klaim hukum, tetapi juga merupakan cerminan dari hubungan yang kuat antara manusia dan alam, yang telah terjalin selama berabad-abad.

Dalam menghadapi tekanan dari luar, masyarakat lokal menempuh langkah-langkah penting untuk mempertahankan identitas mereka. Bahasa, kepercayaan, dan kebudayaan tetap dijaga dengan sungguh-sungguh sebagai bagian tak terpisahkan dari warisan nenek moyang. Penduduk setempat memahami bahwa menjaga keberagaman budaya adalah kunci untuk memastikan kelangsungan hidup komunitas mereka.

Kendali atas ekonomi dan kebutuhan pokok, seperti Sembako, serta transportasi, juga tetap dipegang oleh masyarakat setempat. Mereka menyadari pentingnya memiliki kontrol atas sumber daya yang ada di wilayah mereka sendiri, sehingga mereka dapat mengatur dan memanfaatkannya sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan komunitas.

Dengan konsistensi dalam menjaga nilai-nilai tradisional dan dengan mengambil langkah-langkah strategis untuk mempertahankan kendali atas wilayah dan sumber daya mereka, masyarakat Krayan berusaha keras untuk menjaga eksistensi mereka di tengah arus pengaruh luar yang semakin kuat. 

-- Rangkaya Bada


Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url