CU Banuri Harapan Kita : Kisah Warga Berbela Rasa yang Menolong Diri Sendiri



SANGGAU NEWS : Credit Union CU di Kalimantan Barat, termasuk Banuri Harapan Kita di Batang Tarang, Kalimantan Barat sedang mengadakan evaluasi total tahunan. 

CU menamakannya: Rapat Anggota Tahunan (RAT). Suatu ajang dan momentum membahas. Sekaligus menemukan, substansi matri evaluasi dan mitigasinya untuk tahun yang berikutnya.

Baca Gedung Kampus Utama Institut Teknologi Keling Kumang (ITKK) Dan Harvard University

Tidak syak lagi. Merupakan fakta sejarah bahwa CU diperkenalkan Gereja Katolik sebagai "media pembebasan" kaum marjinal di di Kalimatan dari kemiskinan stukturan. Dan berhasil dalam tempo relatif singkat.

Kemiskinan seperti pendarahan: harus dihentikan

"Kemiskinan seperti pendarahan. harus dihentikan!" papar Munaldus Nerang, salah seorang pendiri CU, aktivis, dan pemikir CU di negeri ini.

Maka CU di Kalimantan adalah ujud kehadiran, sekaligus tindakan mesianis. Bukti peran publik umat Katolik dalam memerdekakan masyarakat dari ketidakadilan struktural kemiskinan, memungkinkan mereka untuk mandiri. 

Buku ini menceritakan kisah pembebasan yang mirip dengan kisah Perjanjian Lama, di mana Musa memimpin bangsa Israel keluar dari perbudakan di Mesir menuju Tanah Perjanjian.

Diawali guru-guru Flores

Filipus Lada, sebagai penggerak, menceritakan awal berdirinya CU Banuri Harapan Kita, yang berakar dalam kehidupan ekonomi keluarga-keluarga dari wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) di distrik Balai, Batang Tarang. Keluarga-keluarga ini telah bekerja selama beberapa dekade.

Baca Baga

Keluarga-keluarga NTT, yang masih tinggal di rumah-rumah pemerintah, menghadapi masalah ekonomi. Di Batang Tarang, satu-satunya lembaga keuangan yang tersedia pada saat itu adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI), tetapi hanya beberapa orang yang bisa mengaksesnya, dan layanannya terbatas pada lapisan masyarakat yang lebih rendah. 

Oleh karena itu, Filipus Lada mengundang komunitas, khususnya anggota dari NTT, untuk membahas situasi tersebut. Pada saat itu, dia bekerja sebagai sopir di Wahana Visi Indonesia (WVI), berusaha belajar dan berhadapan dengan para tua-tua yang menjadi guru. 

Dengan semangat tinggi, orang-orang setuju untuk berkumpul. Pada saat itu, Filippo Lada menghadapi dua masalah yang telah disebutkan di atas. Pertama-tama, dari segi ekonomi, akses ke bank masih sangat sulit. Kedua, para guru masih tinggal di rumah-rumah pemerintah.

Kesadaran warga Flores diaspora tentang cara berpikir dan melihat masa depan masih sangat terbelakang. Seringkali, Lada bertanya kepada mereka: "Sudah punya tanah?" Banyak yang menjawab tidak dan cukup puas tinggal di rumah-rumah pemerintah. Sebagian besar dari mereka, yang adalah guru-guru, dapat dengan mudah mengakses bank, tetapi beberapa dari mereka yang bukan guru masih mengalami kesulitan. Selain itu, ekonomi di Batang Tarang tertinggal. 

Dua masalah ini menjadi titik pijak tentang bagaimana meningkatkan pendapatan. Setidaknya diperlukan pendapatan tambahan. Pada saat itu, Filippo Lada mengusulkan kegiatan bersama yang disebut Usaha Bersama Komodo (UB Komodo).

Pada Maret 1994, UB Komodo didirikan. Orang-orang menyumbangkan 35.000 rupiah per bulan. Ketika mereka mencapai target 15 juta rupiah, mereka akan membeli sebuah bus sebagai sarana transportasi. Harapannya, keuntungan bisa dibagi berdasarkan saham. Bendahara organisasi saat itu adalah Kresensia Merry. UB Komodo berjalan selama sekitar satu tahun dan berjalan lancar. Inilah awal dari UB Komodo.

Lada yang bekerja di organisasi kemanusiaan dan pembangunan masyarakat, menyerap banyak pengetahuan dan informasi. Pada suatu kesempatan, kunjungan dari kantor pusat WVI di Kalimantan Barat datang untuk bertemu dengan tim. Lada ditugaskan untuk mengkopi sebuah buku. Sebelum melakukannya, dia membaca buku tersebut yang membahas tentang Koperasi Kredit (CU).

Pada saat itu, dia menyadari bahwa buku itu penting. Meskipun tidak memiliki latar belakang ekonomi, Filippo tidak tahu tentang CU. Akhirnya, dia membuat dua salinan buku tersebut: satu untuk konsultasi pribadinya dan yang lainnya atas permintaan seseorang bernama Samuel Wungo.

Buku: pengaruh dan cara bekerjanya

Dari buku itu, Lada belajar lebih banyak tentang CU. Dia menemukan inspirasi dalam buku itu, mengubah cara berpikirnya, dan mengundang teman-teman dari NTT untuk membahas masa depan UB Komodo. Filippo Lada berkata, "Mari kita dirikan sebuah CU!" Setelah diskusi panjang, keluarga-keluarga dari NTT setuju untuk mendirikan sebuah CU.

Pada saat itu, para pendiri sepakat dan berkomitmen untuk menjadikan CU Banuri Harapan Kita sebagai tempat untuk mengumpulkan orang-orang dengan visi dan misi yang sama, terutama untuk mengembangkan ekonomi masyarakat secara umum. Pada 10 Juni 1995, rencana awal berubah, dan didirikanlah sebuah koperasi multi-kegiatan (KSU) bernama "KSU Banuri Harapan Kita".

Inilah awal dari nama CU Banuri Harapan Kita, yang dicetuskan oleh Lada. Nama itu dipilih untuk menghormati seorang pahlawan NTT bernama Bharanuri, yang melambangkan semangat perjuangan. Tujuannya adalah untuk mempromosikan kemandirian manusia dan berharap bahwa banyak orang dapat hidup secara mandiri dan berkelanjutan.

Buku ini juga merupakan bukti bahwa kebiasaan membaca sangat tertanam dalam masyarakat Dayak, populasi dan komunitas Katolik terbesar di distrik Sanggau. Penting dicatat bahwa Keuskupan Sanggau dipimpin oleh Uskup Terkasih asal Sekadau, Valentinus Saeng. Doktor filsafat lulusan Jerman ini dikenal karena mendukung dan mempromosikan aktif Koperasi Kredit untuk kemajuan dan kemandirian di wilayah di bawah pimpinannya.

Oleh karena itu, kita dapat menganggap Lada sebagai penggerak dari CU Banuri Harapan Kita. Pendiri lainnya termasuk: Drs. Gaspar Esso Desso, Benjamin Janggu, Irenius Gedo Gama, Naftali De Kauze, Aloisius Alot, Stepanus Sidjun, Yosef Mbengu, Pastor Frans Sidok SVD, Aleksander Nippu, Salomon Kila Ola, dan Yakoubus Kea.

Sambil bekerja untuk mewujudkan semua ini, Lada mengoordinasikan kelompok NTT untuk bergabung dalam sistem tabungan untuk membangun rumah dan mengambil pinjaman dari CU. Modal awal CU saat itu adalah 750.000 rupiah, berasal dari UB Komodo. Sistem kontribusi ini melibatkan pengumpulan dana untuk pembelian kayu dan bahan bangunan lainnya. Ini adalah tugas yang sulit ketika melibatkan uang. Namun, ada tekad untuk memiliki rumah sendiri. Untuk meyakinkan mereka, Filippo Lada menawarkan diri menjadi yang terakhir mendapatkan manfaat dari sistem kontribusi untuk pembangunan rumah.

Dia ingin menunjukkan bahwa apa yang telah direncanakan bertujuan untuk memperbaiki keadaan bersama-sama. Salah satu argumen yang dibahas adalah inflasi. Jika orang pertama mendapatkan 10 potong kayu, yang terakhir hanya mendapatkan 5. Filippo Lada menerima risikonya. Akhirnya, keluarga besar NTT memiliki rumah sendiri. Pada awal berdirinya CU Banuri Harapan Kita, ada diskusi, terutama tentang manajemen.

Menurut Stepanus Sidjun, dalam manajemen CU, tidak boleh terjadi seperti yang terjadi dengan Gereja Katolik yang didirikan pada tahun 1975. Filippo Lada bertekad dan bersedia mengambil tanggung jawab. Baginya, yang penting adalah niat baik. Filippo Lada mengundang CU Samaria untuk bergabung dengan CU Banuri Harapan Kita, tetapi undangan itu ditolak. Pada akhirnya, diputuskan bahwa CU Banuri Harapan Kita akan terus berdiri secara independen.

Kemudian dibentuklah sebuah komite pengurus untuk CU Banuri Harapan Kita. Karena kepercayaan adalah elemen kunci dalam sebuah organisasi, Filippo Lada adalah orang yang vokal dan tegas. "Saya mengusulkan, saya yang mencetuskan semua ini, jadi saya bisa menjadi presiden. Jika saya menjadi presiden, kalian bisa menyarankan siapa menurut kalian tidak jujur, siapa yang korup. Asal saya yang menjadi presiden," ujar Lada ketika menyatakan keinginannya untuk menjadi presiden CU Banuri Harapan Kita.

Filipus Lada.

Lada menekankan bahwa tidak ada yang "murni" dalam manajemen, tetapi yang penting adalah memajukan ekonomi dan membantu masyarakat. Pada akhirnya, komite pengurus CU Banuri Harapan Kita terbentuk. Filippo Lada terpilih sebagai presiden, Yosef Mbengu diangkat sebagai bendahara, sedangkan Aloisyus Alot dan Stepanus Sidjun menjadi anggota komite konsultatif. Lada dengan perannya telah berkontribusi. Meskipun menghadapi tantangan awal CU Banuri Harapan Kita, dia memiliki kendali sentral.

Pada saat itu, anggota lainnya solidaritas, berbagi visi dan misi yang sama. Mereka bersedia menerima kelebihan dan kelemahan satu sama lain. Merasa kekurangan pengetahuan dan ingin belajar lebih banyak, Filippo Lada mengusulkan perjalanan studi ke CU yang sudah ada. WVI memfasilitasi studi ini dengan mengatur program.

Pada tahun 1996, mereka dikirim untuk belajar di CU Keling Kumang, Tapang Sambas, Sekadau. Setelah deklarasi CU Banuri Harapan Kita pada 10 Juni 1995, mereka meningkatkan upaya untuk mendapatkan bantuan. Pada saat itu, CU Lantang Tipo Pusat Damai dan BKCUK dengan A.R. Mecer sebagai fasilitator sedang menawarkan bantuan.


Data Pengembangan Aset dan Anggota Tahun 1997-2021


AnnoAsset (Rp)Membri
1997111.116.362.150228
1998111.189.854.292372
1999111.226.220.958386
2000111.416.075.250385
2001111.465.980.000503
2002111.439.168.075495
2003111.609.654.082549
2004111.455.162.508821
2005116.515.219.8742.683
2006114.529.871.6374.441
2007123.839.888.1277.455
2008132.989.133.5769.529
2009139.255.771.20811.338
2010154.518.494.38414.041
2011189.277.920.81221.096
2012117.395.176.55224.930
2013136.247.568.11428.704
2014158.858.656.93932.816
2015169.698.882.38434.058
2016181.706.036.85034.454
2017206.228.790.37135.331
2018235.723.975.16835.322
2019258.487.412.81536.402
2020293.831.065.14140.751
Apr 2021310.782.931.11942.114


Sungguh menakjubkan melihat peran yang luar biasa dari komunitas Katolik Flores di luar pulau bunga. 

Para diasporatelah menunjukkan semangat pembebasan yang begitu besar. Dengan penuh semangat, mereka tidak hanya memperkaya kehidupan masyarakat Dayak di Kalimantan Barat, tetapi juga membawa dampak yang signifikan pada kemajuan dan kemandirian mereka.

Flores diaspora: Belajar semangat pembebasan

Komunitas Katolik Flores, melalui semangat pembebasannya, telah menjadi agen perubahan yang positif dalam upaya membangun kehidupan yang lebih baik untuk masyarakat Dayak. Dengan tekad dan dedikasi yang kuat, mereka telah memberikan kontribusi yang berarti terhadap perkembangan ekonomi, pendidikan, dan kesejahteraan masyarakat setempat.

Smangat pembebasan yang diusung oleh komunitas Katolik Flores tidak hanya menjadi inspirasi, tetapi juga menjadi katalisator bagi perubahan positif dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Dayak. Dengan kolaborasi yang erat antara kedua komunitas ini, terbentuklah sinergi yang memperkuat daya dorong menuju kemandirian dan kemajuan bersama.

Lambertus Nali

Peran komunitas Katolik Flores di luar pulau bunga bukan hanya menciptakan jejak positif dalam sejarah, tetapi juga menjadi contoh bagaimana kolaborasi antarbudaya dan antaragama dapat menciptakan dampak yang berkelanjutan. 

Dengan saling menghormati dan memahami perbedaan, mereka telah membuka pintu untuk lebih banyak peluang kolaboratif yang akan terus mengukir masa depan yang lebih baik bagi semua pihak yang terlibat.

Saat ini, General Manager CU Banuri Harapan Kita adalah Lambertus Nali. CU Banuri Harapan Kita sungguh luar biasa. Kehadirannya sungguh memenuhi harapan kita semua!

(Rangkaya Bada)


Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url