Asrama Putri St. Maria Goreti, Sekadau: Pola pendidikan ala Misi dan Katolik

Asrama Putri St. Maria Goreti, Sekadau jadul. Dok. Ist.

SANGGAU NEWS : Pendidikan asrama adalah pola sekolah-sekolah Misi dan terutama Katolik sejak berabad lalu. Mula-mula di Eropa.

Kemudian, seiring dengan kedatangan Misi Katolik ke Nusantara, pola itu diterapkan di Borneo ketika para padri Ordo Kapusin (OFM Cap) menginjakkan kaki di Borneo pada tahun 1905. Mereka membangun sekolah-asrama di Pelanjau pada 1916, kemudian di Nyarumkop, Singkawang. Hingga kini masih eksis pola pendidikan-asrama di Nyarumkop, yakni legasi wisma Rini dan wisma Widya,

Baca Rusun Institut Teknologi Keling Kumang (ITKK) Sekadau Yang Siap Huni Ini Menunggumu

Pola sekolah-asrama yang kurang lebih sama, diperkenalkan dan diterapkan para misionaris dari Kongregasi Passionis (CP) di wilayah Prefektur (Misi) di Sekadau, Kalimanan Barat, tahun 1970-an. Bersama para pastor misionaris CP, berkarya pua di Sekadau para suster CP.

Para suster CP ini khusus barkarya di bidang pelayanan pendidikan-asrama. Mereka inilah yang asah, asih, asuh seluruh pendidikan asrama di luar pendidikan formal. Seluruh pembentukan karakter dan kepribadian siswi, sepenuhnya oleh para suster CP dan pembina asrama.

Reuni alumni SPG St. Paulus Sekadau sebagian besar dihadiri alumnae asrama putri

Reuni Alumni SPG St. Paulus Sekadau di Sekadau pada 7 -8 Juli 2023 represntasi "hehadiran kembali" pendidikan asrama di Sekadau, khususnya Asrama Putri St. Maria Goreti. Mereka bertemu kembali dengan teman-teman lama menjadi momen bersejarah.


Para alumnae Asrama Putri St. Maria Goreti, Sekadau dan suasana Reuni 7 – 8 Juli 2023 .

Suasana di Gedung Kateketik Sekadau begitu meriah; Moses Clemen, alumni 1980, membawakan lirik "Bila Bertemu Puaslah Hatiku" dari lagu wajib reuni "Gereja Tua" (vokal oleh Benny Panjaitan dari grup musik legendaris, Panbers).

Sementara itu, kursi peserta telah disusun di tepi, dan para peserta tengah menari, menyanyi, bersalam-salaman, bahkan berpegangan tangan. Begitulah kegembiraan yang melingkupi Reuni Alumni SPG St.Paulus Sekadau, acara yang digelar selama 2 hari pada Jum’at dan Sabtu, tanggal 7 – 8 Juli 2023 di Gedung Kateketik Sekadau.

Perjalanan mengenang masa-masa SPG dipenuhi oleh kehadiran setidaknya 250 orang alumni dari sekitar 1000 alumni yang dihasilkan oleh SPG St.Paulus Sekadau dari 18 angkatan (1973 sd. 1991).

SPG St. Paulus, Sekadau yang senantiasa ada meski secara fisik tiada

Lembaga Pendidikan Guru yang berdiri sejak tahun 1971 dan tutup pada tahun 1991 ini telah memberikan kontribusi besar selama 20 tahun. Jumlah peserta yang hadir sesuai dengan target yang dicanangkan oleh Panitia, yang dipimpin oleh Paulus Misi sebagai Ketua Pelaksana Reuni (Organizing Committee) dan Redemptus Musa sebagai Ketua Panitia Pengarah (Steering Committee); keduanya adalah lulusan angkatan 1980.
Musa (kedua dari kanan) dan Paulus Misi (tidak tampak) motor dari Reuni SPG St. Paulus, 2023.

Keberhasilan Panitia merekam setiap momen dalam sebuah buku kenangan berjudul “Cerita Nostalgia dari SPG: Bila Bertemu Puaslah Hatiku” menandakan bahwa semangat alumni untuk menjaga kenangan tetap hidup masih tetap berkobar. Walaupun keberadaan Lembaga

Pendidikan Guru ini sudah tidak ada lagi, karena ditutup oleh kebijakan pemerintah 32 tahun lalu, kehadiran para lulusan SPG ini di Kalimantan Barat sungguh memberi warna tersendiri, khususnya untuk kemajuan dunia pendidikan di wilayah Kabupaten Sanggau dan Kabupaten Sekadau.


Suksesnya pelaksanaan reuni ini turut membanggakan, mengingat pembiayaan seluruh kegiatan ini berasal dari sumbangan sukarela para alumni dan penyelenggaraannya sepenuhnya diorganisir oleh panitia yang juga terdiri dari alumni. Dalam keramaian reuni pada malam itu, sambil menikmati hidangan ringan yang disajikan, terdapat kelompok peserta yang duduk bersama di beberapa sudut ruangan pertemuan. Mereka menonton teman-teman mereka yang sedang berjoget, tertawa, dan cekikikan. Keunikan reuni terlihat dari pertemuan setelah 50 tahun bagi para alumni angkatan 1973.

Mereka merasa bersyukur masih diberi kesempatan oleh Tuhan untuk hadir dalam reuni ini, bertemu kembali dengan teman-teman lama, meskipun usia mereka tidak lagi muda.

Ada yang kembali bertemu mantan karena pada masanya belum jodoh, bahkan muncul pertanyaan apakah dapat terjadi CLBK (cinta lama bersemi kembali), mengingat beberapa di antara mereka sudah berstatus duda atau janda. Namun, tidak ketinggalan pula yang menemukan pasangan hidupnya ketika menempuh pendidikan di SPG ini.

Menurut catatan panitia, setidaknya ada 48 pasangan yang menemukan jodohnya melalui lembaga Pendidikan ini, baik saat masih menempuh Pendidikan maupun setelah menjadi guru di tempat penugasan mereka. Mengingat kondisi waktu itu, di mana lulusan SPG pada umumnya sudah berusia 20-an tahun atau bahkan sudah menikah. Di salah satu sudut ruangan yang ramai, sejumlah ibu-ibu atau lebih tepatnya nenek-nenek berkumpul dengan penuh keceriaan. Mereka asyik ngobrol, sesekali memeluk atau mendorong temannya.

Rata-rata usia mereka mendekati 70 tahun, sementara peserta reuni menurut data panitia paling muda berusia 53 tahun dan yang tertua 71 tahun. Sebagian besar dari mereka sudah memasuki masa pensiun.

Nama-nama seperti Dominika Jili yang menjadi Suster Pasionis, Yusvia Basilisa, Mariata, Martina Yati, Theresia Indon, dan lainnya, mengungkapkan nostalgia masa tinggal di Asrama Putri St. Maria Goreti Sekadau tempo dulu. Mereka berbagi kenangan ketika masih sangat muda, lugu, dan penuh semangat ketika pertama kali tinggal di Asrama Putri pada tahun 1968.
Baca Munaldus: Sekolah Konglomerasi Koperasi Dan Kepemimpinan Pada awal berdirinya, SMP St. Gabriel Sekadau pada tahun 1968, Sekadau masih merupakan kota kecil yang sepi. Murid-murid perdana SMP St. Gabriel harus diatarkan dari kampung-kampung yang notabene jauh dari kota Sekadau.

Pola pendidikan asrama ala Misi dan Katolik

Kehadiran asrama menjadi suatu kebutuhan mendesak. Pengelola asrama perdana di Sekadau, yang juga merupakan para Pastor Pasionis yang mengelola SMP St. Gabriel Sekadau, mencari solusi untuk menunjuk siapa yang dapat menjadi pengasuh Asrama Putri. Idealnya, pengasuh asrama putri adalah seorang ibu atau sekelompok ibu yang sudah matang.

Sumber daya yang dibutuhkan tidak tersedia, mengingat karya ini baru dirintis. Namun, semangat Pastor Lukas D. Spinosi CP yang bertanggung jawab atas sekolah dan asrama ini tidak kendur.

Solusi ditemukan dengan menugaskan para bapak yang merupakan guru di SMP St. Gabriel atau pegawai Yayasan Karya Sekadau untuk menjadi pengasuh Asrama Putri, yang kemudian diberi nama Santa Maria Goreti. Sr. Dominika Jili, CP, salah satu penghuni perdana asrama ini, mengingat bahwa pengurus awal asrama ini adalah Matius Biong (alm), Mawi (alm), dan Yosef Mayau (alm), di bawah kendali P.Lukas D. Spinosi, CP. Beliau, pada jam tertentu, selalu datang ke asrama untuk memantau anak-anak asrama.

Pada tahun pertama, jumlah penghuni asrama putri ini adalah 20 orang, termasuk Sr. Dominika yang juga ditunjuk untuk membantu menjaga ketertiban dan kebersihan internal asrama. Mulai pertengahan tahun 1969.


Pembina asrama menjadi seorang bapak yang tinggal bersama keluarganya di kompleks asrama. Robertus Sumitro (alm) memimpin pada tahun 1969, Thomas Bunsu (alm) pada tahun 1970 – 1972, Hemo Saroso (alm) pertengahan 1972 – 1973, dan kakek Aloy (alm) pada akhir 1973 – 1974, hingga pengelolaannya diambil alih oleh para Suster Pasionis.

Terbentuknya Prefektur Apostolik Sekadau Pada tanggal 9 April 1968, Vatikan memutuskan terbentuknya Prefektur Apostolik Sekadau yang baru, terpisah dari Keuskupan Ketapang. Wilayah Prefektur Apostolik Sekadau melibatkan seluruh wilayah Belitang (Belitang Hilir sd. Belitang Hulu), kecamatan Sekadau Hilir, Sekadau Hulu, Nanga Taman, dan Nanga Mahap, ditambah wilayah sebelah kanan mudik Sungai Kapuas mulai dari Teraju, Meliau, hingga Lintang. Prefek pertamanya adalah Mgr. Michaele Di Simone, CP, yang ditahbiskan pada tanggal 31 Juli 1968.

Wilayah Prefektur ini menjadi tempat pelayanan pastoral para Misionaris Passionis putra yang berasal dari Italia (Propinsi Pieta). Sementara para Misionaris Pasionis putra dari Belanda tetap melayani wilayah Keuskupan Ketapang. Kehadiran Misionaris Pasionis Putra asal Italia bermula dari undangan yang diterima pada tahun 1961 dari Misionaris Passionis Putra Belanda. Sejak awal berdirinya, pembinaan Asrama Putri menjadi perjuangan, sehingga terpaksa diasuh oleh para bapak. Namun, muncul pemikiran untuk mengundang Suster Pasionis dari Italia untuk mengelola Asrama Putri St. Maria Goretti Sekadau. Pada tanggal 1 September 1972, Prefek Mgr. Michaele Di Simone, CP, mengundurkan diri dan digantikan oleh Mgr. Lukas D. Spinsoi, CP.

Seiring dengan perubahan posisi tersebut, P. Vincentius Carletti, CP, ditugaskan untuk mengurus Asrama Putri. Undangan kepada para Suster Pasionis disambut dengan senang hati oleh pimpinan mereka di Italia. Setelah menanti selama 6 tahun, akhirnya pada tanggal 22 Juni 1974, tiga Suster Pasionis Perdana dari Italia tiba di Sekadau.

Perjalanan mereka dimulai sejak tiba di Jakarta (Indonesia) pada 7 Mei 1974, setelah sebelumnya melakukan adaptasi selama sekitar 1,5 bulan di Jakarta dan Pontianak. Ketiganya adalah Sr. Maria Etienne Coopman, CP, Sr. Clorinda Arista, CP, dan Sr. Beatriz Mendizabal, CP.

Motor Bandung dan penyambutan secara adat Dayak

Dari Pontianak, mereka menggunakan motor Bandung “Solidaritas” milik Prefektur Apostolik Sekadau. Kedatangan mereka disambut oleh Prefek Prefektur Apostolik Sekadau, Mgr. Lukas Di Spinosi, CP, bersama seluruh elemen masyarakat Sekadau.

Acara penyambutan dilakukan secara Adat Dayak dimulai dari pukul 16.00 di halaman asrama. Dilanjutkan dengan Misa penyambutan yang dipimpin oleh Prefek Mgr. Lukas D. Spinsoi, CP.

Acara dilanjutkan dengan ramah tamah, dimeriahkan oleh Band SPG SPG St. Paulus Sekadau, lengkap dengan para "artisnya".
(R. Musa Narang)
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url