Mandau dan Para Pendemo dalam Aksi Damai di Kantor Bupati Sintang

 

Sumber: Capture video.

SANGGAU NEWS : "Kami, Dayak, lahir dikandung adat. Hidup dikandung adat. Mati pun dikandnng adat."

Begitu narasi yang dibangun salah seorang orator. Pendemo. Yang bahasa halusnya jurubicara dalam Aksi Damai.

Dayak: Hidup dikandung adat

Pernyataan itu disampaikan dengan lugas dan tegas oleh orator Dayak di kantor Bupati Sintang, ketika menyuarakan aspirasi dan sikap masyarakat Dayak. Terkait peristiwa sosial, politik, dan agama yang mengguncang Bumi Senentang hari-hari terkini. 

Baca Maryo Dan Helena : Umai Nomise, Kuliner Khas Jepang Di Ketapang

Aksi Damai yang berlangsung pada 5 Maret 2024, menjadi wujud nyata dari kepedulian dan reaksi warga Dayak terhadap riak-riak peristiwa yang terjadi pada tanggal 3, 4, dan 5 Maret 2024.

Sang orator menggambarkan bahwa identitas Dayak tidak hanya sebatas label etnis, melainkan merupakan bagian integral dari kehidupan yang tercermin dalam kepatuhan dan penghormatan terhadap adat istiadat. 

Keberadaan Dayak tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh nenek moyang. Kehidupan Dayak sehari-hari selalu diwarnai oleh kearifan lokal yang turun-temurun.

Aksi Damai di kantor Bupati Sintang bukan hanya sebagai respons terhadap peristiwa, tetapi juga sebagai bentuk solidaritas dan kesatuan masyarakat Dayak dalam menjaga harmoni dan kestabilan di Bumi Senentang. 

Dengan menghadirkan warga dan membuka suara,Dayak menegaskan. Bahwa penduduk asli Borneo akan terus menjaga dan memperjuangkan keutuhan budaya, kearifan lokal, dan perdamaian di tengah-tengah perubahan zaman.

Mandau yang dijelaskan makna dan posisinya

"Kami bawa mandau, disarungkan, tidak terhunus. Memang ini adat budaya kami," terang sang ortor.

Mandau Dayak yang tetap disarungkan. Sumber: Capture video.

Ada bagusnya juga. Madau menemukan waktu yang tepat dijelaskan makna dan filosofinya.

Bagi masyarakat Dayak, mandau dan perisai tak hanya sekadar senjata atau alat perlindungan fisik. Mereka mencakup lebih dari itu; keduanya menjadi semacam "alat utuk hidup," yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. 

Seiring berjalannya waktu, makna simbolis dan fungsional dari mandau dan perisai mengalami evolusi, menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas dan keseharian masyarakat Dayak.

Baca Baga

Mandau, sebilah parang khas Dayak, dan perisai, sebagai alat perlindungan, tidak hanya berfungsi sebagai simbol keberanian dan kesiapan untuk menghadapi tantangan fisik, tetapi juga sebagai alat praktis yang senantiasa dibawa ke mana pun pergi. 

Analoginya seperti mahasiswa dan dosen yang selalu membawa pulpen dan kertas, atau setiap individu yang tidak bisa lepas dari perangkat mobile mereka. 

Dalam kehidupan sehari-hari, mandau dan perisai menjadi sahabat setia yang melambangkan kesiapan dalam menghadapi berbagai situasi.

Mandau, dengan keunikan dan keindahannya, bukan hanya sekadar senjata. Lebih dari itu, tetapi juga sebagai alat serbaguna yang dapat digunakan dalam berbagai aktivitas, termasuk memotong kayu, memasak, atau bahkan merayakan upacara adat. Adapun perisai, selain memberikan perlindungan fisik, mencerminkan filosofi solidaritas dan gotong royong dalam masyarakat Dayak.

Sebagaimana ballpoint dan kertas yang tak terpisahkan dari kegiatan akademis, mandau dan perisai mengiringi setiap langkah masyarakat Dayak. Sedemikian rupa, sehingga mandau menjadi warisan budaya yang dijaga dan diteruskan dari generasi ke generasi. Bahkan, seperti perangkat mobile pada era modern, mandau dan perisai kini memiliki fungsi tambahan selain simbol tradisi – mereka menjadi sarana berkomunikasi dengan alam sekitar, menjaga keberlanjutan tradisi, dan memperkuat rasa identitas sebagai orang Dayak.

Dengan membawa mandau dan perisai ke mana-mana, masyarakat Dayak tak hanya mempertahankan tradisi, tetapi juga menunjukkan kebanggaan mereka terhadap warisan budaya yang kaya. 

Dalam keberagaman zaman, mandau dan perisai tetap menjadi alat hidup yang menyatukan masa lalu, kini, dan masa depan dalam satu harmoni.

  • Rangkaya Bada

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url