Stefanus Masiun: Mengubah Kelapa Sawit Menjadi Emas Hijau

  • Dr. Stefanus Masiun

Stefanus Masiun, Ketua Pengurus Credit Union Keling Kumang (CUKK), dengan antusias membagi informasi. Terkait rancangan pasti Gerakan CUKK untuk mendirikan pabrik pengolahan kelapa sawit di Sungai Kunyit, Semuntai, Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat.

Dengan penuh keyakinan, iMasiun  menyampaikan, "Itu lahan hutan, kosong, tanah milik kita,  Gerakan Credit Union Keling Kumang (GKCUKK). Kami telah melakukan studi banding ke luar negeri sebagai persiapan untuk proyek ini."

Namun, apa yang membuat rencana pabrik pengolahan kelapa sawit ini berbeda dari yang lain? 

Masiun menjelaskan, "Konsep dasar berdirinya pabrik ini sangat berbeda. Kami ingin pabrik ini menjadi prioritas untuk menampung hasil produksi kelapa sawit dari anggota kami. Hasil studi kami menunjukkan bahwa ketika harga kelapa sawit tinggi, anggota kami lebih rajin menabung, dan pembayaran angsuran pinjaman juga tepat waktu dan sesuai jumlah yang diharapkan."

Keunggulan sawit.

Pengalaman akademis Masiun, yang meraih gelar Doktor dalam bidang Ekonomi Lingkungan dari Universitas Tanjung Pura, Pontianak, memberikan pemahaman mendalam tentang pentingnya industri kelapa sawit ke depannya.

Dengan berapi-api, Masiun menyatakan, "Sawit ke depan tidak terbendung. Indonesia sendiri membutuhkannya, apalagi luar negeri. Sedemikian rupa, sehingga 'emas hijau' itu akan menjadi komoditas primadona."

Sawit ke depan tidak terbendung. Indonesia sendiri membutuhkannya, apalagi luar negeri. Sedemikian rupa, sehingga "emas hijau" itu akan menjadi komoditas primadona.

Sementara GKCUKK siap membangun pabrik, mereka juga sadar akan tantangan dalam industri kelapa sawit. Masiun mengungkapkan, "Goncangan harga minyak goreng dan fluktuasi harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit dalam dua tahun terakhir menjadi masalah yang harus kami hadapi. Kami memiliki ketahanan dalam bidang ini dan akan berusaha mengatasi masalah yang disebabkan oleh pihak-pihak tertentu yang dapat dianggap sebagai 'mafia.'"

Selain berfokus pada proyek pabrik, GKCUKK juga memiliki peran penting dalam pendidikan dan advokasi. Masiun menekankan, "Kami tidak hanya mengedukasi anggota agar literat di bidang finansial dan mandiri, tetapi juga aktif dalam mengadvokasi dan memotivasi anggota kami untuk berperan aktif dalam ekonomi kerakyatan."

Dengan tekad dan semangat yang kuat, GKCUKK berharap dapat memberikan kontribusi positif bagi anggotanya, masyarakat, dan industri kelapa sawit secara keseluruhan. Wawancara ini menggambarkan komitmen mereka untuk menjadikan "emas hijau" ini sebagai sumber kemakmuran bagi semua pihak yang berkesinambungan.

Mata rantai sawit : Harus saling berbagi
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Prof. AB Susanto dan Dr. Petrus Gunarsso, yang naskahnya kemudian diedit oleh Masri Sareb Putra dan diterbitkan dalam buku oleh Kompas pada tahun 2022, diketahui bahwa kelapa sawit akan memiliki kelangsungan yang lebih baik jika semua pihak yang terlibat dalam industri ini saling mendapatkan keuntungan. Ini mencakup petani, perantara (RAM), pabrik pengolahan, investor, dan negara yang semuanya berbagi manfaat.

Dalam kutipan langsung dari Stefanus Masiun, yang merangkum isi buku tersebut, ia menjelaskan.

 "Jika salah satu pihak menang sendiri, atau menjadi dominan seperti yang terjadi pada tahun 2021-2022, maka kelapa sawit dapat menjadi bumerang dan menjadi sumber konflik ekonomi. Kelapa sawit dapat digunakan sebagai alat dalam politik ekonomi."

Penting untuk dicatat bahwa buku ini memiliki bobot yang signifikan dan akan segera diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan Rusia. Penelitian ini menekankan pentingnya kerjasama dan keseimbangan di seluruh rantai nilai industri kelapa sawit untuk memastikan kelangsungan dan stabilitas dalam industri tersebut. *)

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url