Ketika Donna Agnesia Jadi Dayak Sehari


Donna dan kalung Dayak yang menggantung di lehernya yang jenjang. Pas!

SANGGAU NEWS : Meski cukup lama berlalu. Namun, peristiwa itu tak pernah kan kulupa. Mengapa? Sebab menjadi salah satu tonggak. Sekaligus prestasi. Dan prestise dalam rentang kisah lelikuan kehidupan saya, sebagai seorang penulis.

Di mana sebuah acara launcing buku ditabur oleh para bintang. Ada MC Donna Agnesia. Pembahas Arswendo Atmowilolo dan Dr. Haryatmoko, seorang pakar filsafat simbol dari Unversitas Indonesia. Sambutan oleh Prof. Yohanes Surya. Penanggap Dr. Adrianus Asia Sidot, waktu itu Bupati Landak, Kalimantan Barat. Ada Lisa Binti sebagai panelis dari Bank Indonesia. Intan Binti, produser film, astrolog, dan penulis skenario "Rumah tanpa Jendela" sebagai ketua panitia. 

Diskusi kecil dengan Donna Agnesia, sebelum acara dimulai. Ia cerman dan akurat dengan detail acara. Sunggu pro. Dan kata-kata yang diucapkannya punya power karena muncul dari "hati".

Momen itu, tak syak, menjadi sebuah acara bedah buku meriah sepanjang yang pernah saya adakan, atau tepatnya diadakan untuk saya. Sebab yang terhebat adalah bahwa saya dibiayai semuanya oleh sponsor! Saya nirbiaya! Bayangkan jika harus keluar dari kocek sendiri menyelenggarakan acara semeriah itu?

Orang Dayak Ngaju mengatakan, "Donna Agnesia itu... Bawi bahalap baputi lentah upak pupuse,,,pintar hayak harati,bajenta bajurah,bahalap atei"

Makanya kenangan itu selalu kuingat. Sebuah rekam-jejak literasi, yang tetap kucatat, dengan cinta emas. Ketika ada media digital yang mengabadikannya, maka ia disimpan di sini. Sebab, "Verba volant, scripta manent".

Gagal fokus rasanya membahas yang lain. Sebab Donna Agnesia terlalu sulit untuk di move on. MC launching dan bedah buku seorang pesohor. Udah seleb, cantik lagi! Siapa tidak merasa tersanjung?

Itulah bunga-bunga perasaan saya. Ketika pesohor Donna Agnesia sudi jadi MC acara peluncuran bukuku, 101 Tokoh Dayak jilid 1. Arena Gallery Cipta II, Taman Ismail Marzuki, Cikini siang jelang senja. Banyak seniman di sana, Ada Arswendo, sebagai pembahas. Ada Lisa Binti, salah satu pejabat dari Bank Indonesia.


Ketika Donna menjadi Dayak sehari. Pas aja!

Saya punya kalung Dayak, diberi suami-istri, sahabat saya dari Samarinda Rina - Laden Mering. Saya lihat, Donna mengamati kalung itu.

"Mau?" tanya saya yang mengerti tatap matanya.

"Oh, boleh!" katanya, tanpa basa basi.

Kalung itu pun segera berpindah leher. Kata Rina, kakak angkatku, kalung itu netral. Bisa dipakai sembarang jenis. Pria atau wanita. Sebab motifnya Dayak.

Saya lihat, pas sekali Donna mengenakannya. Lehernya jenjang.

"Donna minum kopi kelihatan turunnya. Kalo saya, minum susu!" seloroh saya, sekadar mencairkan suasana.

"Memanglah. Orang cantik, make apa saja, pas!" puji Rina Laden.

Saya lihat, Donna mesem-mesem.

"Apalagi, kalau gak pake apa-apa!" timpal saya.

Sontak yang mendengar seloroh saya itu, ngakaaak... Kaaak.....

Saya menetralkan suasana. "Gak pake atribut, lho!"

"UUUUUUUUUUUUUUUUUUUU!"

"Nah," kata saya. "Don! Pokoknya, selama acara ini, kamu ngaku orang Dayak ya?" kata saya, agak maksa.

"Okeee!" jawab Donna.

Jadilah hari itu, 29 juni 2014, Donna Agnesia Dayak sehari.

Waktu ia opening speech acara, Dona mengaku pernah tinggal di Pontianak. Orang makin percaya ia wanita Dayak.

Demikianlah. Acara  launching dan bedah buku 101 tokoh dayak, 29 juni di TIM 2014 makin menarik.

Ada komentar dari seorang bawi (wanita) Dayak asal Kalteng demikian.

Linda N. Taway berkata, "Kami Dayak Ngaju mengatakan Donna itu... Bawi bahalap baputi lentah upak pupuse,,,pintar hayak harati,bajenta bajurah,bahalap atei".

Saya mesti mencari penerjemah bahasa Ngaju untuk mafhum artinya. (Masri Sareb Putra)

***

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url