Yani Saloh: Figur di Balik Apai Janggut Meraih Penghargaan Lingkungan di Aras Internasional


Yani Saloh. Dua patah saja namanya. Cukup unik, memang. Itu nama seorang Dayak Ngaju dari Kalimantan Tengah. Sosok yang menjadi tokoh kunci dalam perjuangan masyarakat adat Sungai Utik di dalam mempertahankan hutan mereka secara luar biasa. 

Seperti diketahui bahwa masyarakat adat Sungai Utik, Kapuas Hulu, dipimpin oleh seorang pemimpin yang kuat, yang akrab disapa Apai Jangut. 
Baca Apai Janggut : Pendekar yang Menerapkan Ilmu Padi (Bagan 3 dari 10 Tulisan)

Di bawah kepemimpinan Apai Janggut, tuai rumah, yang tegas, komitmen masyarakat untuk menjaga kelestarian hutan menjadi hal yang unik. Hal itu mengingat seringkali masyarakat adat terpecah akibat kebutuhan ekonomi dan tawaran dari perusahaan untuk menjual lahan mereka.

Namun, dalam kasus Sungai Utik, situasinya berbeda. Apai Jangut dan komunitasnya bersatu dalam tekad untuk melindungi hutan dan alam sekitar mereka. Mereka menunjukkan dedikasi yang luar biasa dalam upaya mempertahankan lingkungan dan kehidupan mereka yang bersatu dengan alam.

Tokoh di Balik Layar
Sosok Yani Saloh adalah seseorang yang peka terhadap perjuangan dan komitmen luar biasa yang ditunjukkan oleh masyarakat adat Sungai Utik. Ia sangat terinspirasi oleh semangat mereka dalam menjaga hutan, dan menganggapnya sebagai sesuatu yang patut diakui oleh dunia. 

Oleh karena itu, Yani Saloh mengambil inisiatif untuk mencalonkan Apai Jangut dan masyarakat adat Sungai Utik untuk menerima penghargaan Equator Prize 2019.

Yani Saloh bersama keluarga intinya.

Yani Saloh dengan tekun menyusun dan mengajukan Submission The Equator Prize 2019 atas nama masyarakat adat Sungai Utik. Kepeduliannya terhadap kemanusiaan dan lingkungan membuatnya bersemangat untuk memperjuangkan pengakuan atas perjuangan yang luar biasa ini. Setelah berhasil mencalonkan Sungai Utik dan Apai Jangut, Yani Saloh juga ikut mendampingi Apai dalam menerima penghargaan tersebut di Amerika.

Pendamping yang Setia bagi Apai
Tidak berhenti di situ, Yani Saloh terus menjadi pendamping Apai Jangut dalam upaya menjaga lingkungan dan keberlanjutan. Pada tanggal 19 Juli 2023, kembali mereka menerima penghargaan, kali ini adalah penghargaan Gulbenkian di Lisbon. 
Baca Angela Merkel: Anugerah Gulbenkian 1 Juta Euro Untuk Apai Janggut

Penghargaan ini merupakan bentuk apresiasi atas dedikasi dan perjuangan yang luar biasa dari Apai Jangut dan masyarakat adat Sungai Utik dalam melestarikan alam dan lingkungan. 

Fasih berbahasa Iban dan Inggris, membuat Yani pas selain sebagai pendamping juga penerjemah bagi Apai. Itulah yang terlibat saat  tanggal 19 Juli 2023 tatkala Apai Janggut menerima penghargaan Gulbenkian.

Melalui peran aktifnya, Yani Saloh juga berusaha mengangkat kehebatan masyarakat Dayak dan kehidupan mereka yang harmonis dengan alam. Ia ingin membuktikan kepada dunia bahwa masyarakat adat memiliki potensi besar dalam menjaga ekosistem dan alam sekitar. 

Melalui penghargaan dan perjuangan mereka, Yani Saloh berharap semakin banyak orang yang menyadari pentingnya menjaga dan menghormati alam, serta mengakui kontribusi luar biasa dari masyarakat adat dalam melestarikan keanekaragaman hayati dan keseimbangan ekosistem.*)

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url