Bunga Terong: Jangan Sembarang Menggunakannya pada Tato

 

Tato bunga terong: tidak sembarang. Kredit gambar: Mongabay

Bunga Terong. Jangan sembarang menggunakannya, terutama untuk tato.

Di kalangan suku bangsa Iban, hanya orang tertentu saja menato bahu atau bagian tubuh lain dengan tato gambar bunga terong. Ia seorang yang telah teruji. Sakti mandraguna. Baik dalam arti harfiah, maupun khiasan. Seorang yang tinggi pengetahuannya dibandingkan yang lain.

Apai Janggut (Bandi Anak Ragae), salah seorang pemuka Iban dari Sungai Utik yang tatonya bunga terong. Ia abadikan gambar bunga terong pada kulit bahu.

Terong Dayak ini punya makna terdalam. Terutama di kalangan suku bangsa Ibanik. Bunga terong melambangkan makna tertentu. Seorang yang tinggi ilmunya (pengetahuan, keterampilan, kecakapan, kekebalan, keberanian, dan keutamaan), pada bahunya ada tato bunga terong.

Pada ketika ini, di Sungai Utik, Kapuas Hulu. Hanya seorang saja yang bertato bunga terong: Apai Janggut, atau Bandi anak Ragae.

Demikianlah tato bunga terong pada bahu Bandi Anak Ragai. Ia menunjukkan kelas sosial tertentu, apalagi ini dalam khasanah alam budaya suku bangsa Iban. Iban, sebagaimana juga Dayak lain di bumi Borneo, adalah makhluk yang sarat dengan simbol (homo symbolicus).

Jika Anda “terlanjur” telah mengukir bunga terong, tato pada tubuh. Setidaknya, Anda wajib kuat pada adat dan tradisi. Tidak harus sakti mandraguna dalam makna harfiah.

Dalam Lontaan (1975) sekalimat saja dijelaskan tentang tato bunga terong: menunjukkan jauhnya seseorang berjalan. Sudahlah tentu, “berjalan” ini dalam makna harfiah dan simbolik sekaligus. Menunjukkan seseorang sudah berpengalaman, banyak makan asam garam, menyenyam pahit getirnya kehidupan, melanglang buana, menantang berbagai marabahaya, mengalahkan musuh, lolos dari tubir maut, serta menjejalah pulau dan benua.

Jika bukan seorang tuai, sakti mandraguna, dan banyak “pengaroh”, jangan coba-coba mengukir tato pada tubuh Anda menggunakan simbol gambar bunga terong. Jika toh menggunakannya, siap-siap ilmu Anda diuji.

Suatu waktu. Saya bertanya pada Apai. “Pai, mengapa terong?”

“Ada ungkapan. Setipis kulit terong. Hidup dan mati. Kuat dan lemah. Itu hanya pengingat. Bunga melambangkan bakal buah. Kita wajib menjaganya!”

Jawaban orang bijak memang tidak pernah menjawab. Kita sendiri yang harus menyimpulkannya.

Penulis bersama Apai Janggut (baju batik)


Apai Janggut airf bijaksana. Saya menduga. Ia adalah ilmu hidup itu sendiri. Apai intisari dari seluruh kecerdasan Natural khusus Iban Kalimantan Barat, pada ketika ini.

Jika kemudian ia mendapat penghargaan sebagai pendekar lingkungan, pantas saja. Equator Prize dan Kalpataru hanya memeteraikan saja seluruh napas, gerak langkah, serta pebuatan penyandang tato bunga terong di bahu itu.

Jika kini Anda “terlanjur” telah mengukir bunga terong, tato pada tubuh Anda. Setidaknya, Anda wajib kuat pada adat dan tradisi. Tidak harus sakti mandraguna dalam arti harfiah.*)

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url