Apai Janggut: Mengajar Dayak untuk Kembali ke Rumah Panjang (Bagian 4 dari 10 Tulisan)

Siapa gerangan Apai Janggut, sehingga Panglima Jilah pun berguru padanya?

Sungai Utik adalah contoh hidup dari salah satu yang langka, dan dibongkar-paksanya, rumah panjang orang Dayak pada era Orde Baru. 

Pemusnahan secara masal entitas budaya serta keberadaan orang Dayak di era Orde Baru itu, punya konsekuensi menghancurkan berbagai aspek kehidupan Dayak. 

Atas nama pembangunan, rumah-rumah panjang Dayak dibongkar-paksa. Sebagai gantinya, mereka disuruh membangun rumah lepas lepas, dan saling jauh ketika itu.
Baca Apai Janggut: Pendekar Lingkungan Dari Sungai Utik (Bagian I Dari 10 Tulisan)

Asal tahu saja. Era Orba, tak banyak yang berani buka suara. Apalagi melawan. Jika ada yang berani, siap-siap saja menerima konsekuensi "Bereskan!" 

Beda dengan kini. Dayak telah berani melawan kebatilan dan ketidakadilan. Jangan coba-coba merendahkan harkat dan martabat mereka. Belarasanya tinggi. Sekali terlecut, maka tariu dan mangkok merah akan berjalan.

Itu sebabnya, ketika era Orba orang Dayak dihajar habis-habisan, mereka hanya mampu diam. Ketika ribuan rumah panjang mereka dibongkar-paksa, tak ada perlawanan. Peristiwa ini dicatat jurnalis Australia, dalam Far Easter Economic Review tahun 1978, David Jenkins.

Apa komentar Jenkins, dengan dibongkar-paksanya rumah panjang orang Dayak? "Era penjajahan baru dan marjinalisasi serta penguasaan secara paksa atas orang Dayak itu pun, telah dimulai."

Maka sistem pemerintahan desa, yang diadopsi dari Jawa, pun mulai diterapkan di kalangan orang Dayak ujung dekade 1960-an. Identitas Dayak otomatis musnah. 

Mengapa? Hal itu karena orang Dayak sejak zaman semula jadi, sejak Tampun Juah (Sekayam Hulu) semasa imperium Majapahit, telah hidup di rumah panjang. Mereka guyub. Bersatu padu. Tidak mudah ditundukkan oleh musuh dari luar.

Apai Janggut di sini adalah hero. Ia satu dari segelintir manusia Dayak yang bukan saja berani, melainkan berkanjang melawan. Bahwa identitas sekaligus eksistensi Dayak sesungguhnya adalah rumah panjang.

Eksistensi rumah panjang di Sungai Utik, Kapuas Hulu, merupakan suatu fenomena budaya yang kaya dan memiliki nilai-nilai yang patut diapresiasi. Sebagai representasi kearifan lokal dan hubungan dekat antarwarga, rumah panjang menjadi simbol penting dalam kehidupan masyarakat Dayak, khususnya suku Iban di wilayah tersebut. Untuk memahami analisis lebih mendalam, mari kita jelajahi beberapa aspek penting yang menggambarkan keberadaan dan relevansi rumah panjang dalam konteks kebudayaan Dayak serta hubungannya dengan konsep perumahan dan ruko saat ini.

Representasi kearifan lokal dan hubungan dekat antarwarga: Rumah panjang adalah bentuk perumahan tradisional orang Dayak yang dibangun secara bersama-sama oleh komunitas mereka. Rumah panjang menjadi simbol persatuan dan solidaritas di antara warga suku Iban. 

Pembangunannya melibatkan kolaborasi seluruh anggota masyarakat, yang menunjukkan tingginya rasa kebersamaan dan rasa memiliki dalam budaya Dayak. Kehidupan di rumah panjang memperkuat hubungan sosial antarwarga, dengan komunitas yang hidup bersama dalam satu bangunan besar. Hal ini mencerminkan nilai-nilai sosial yang kuat dan rasa saling peduli di antara anggota komunitas.

Relevansi rumah panjang dengan konsep perumahan dan ruko saat ini: Meskipun rumah panjang merupakan struktur tradisional, beberapa aspek dari kebudayaan rumah panjang telah menginspirasi konsep perumahan dan ruko modern. Misalnya, konsep bangunan berjajar dengan banyak unit di sepanjang sebuah koridor dapat dianggap mirip dengan rumah panjang, di mana sejumlah keluarga tinggal dalam satu bangunan utama. 

Selain itu, desain rumah panjang yang fleksibel dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat Dayak menggambarkan kecerdasan arsitektur yang dapat diadaptasi dalam konteks perumahan dan ruko masa kini.

Menepis tuduhan Orde Baru terhadap rumah panjang: Tuduhan Orde Baru di masa lalu tentang rumah panjang, seperti rawan kebakaran, kurang sanitasi, dan rawan secara sosial, tidak seutuhnya benar. Pandangan ini bisa menjadi perspektif orang luar yang tidak sepenuhnya memahami budaya dan kehidupan masyarakat Dayak. 

Rumah panjang dirancang dengan cerdas untuk meminimalkan risiko kebakaran dengan konstruksi tinggi dan jarak antara lantai atas dengan dapur dan tungku. Selain itu, masyarakat Dayak menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan mereka dengan baik, sehingga pandangan negatif tentang sanitasi rumah panjang juga dapat dipertanyakan.

Apai Janggut di sini adalah hero. Ia satu dari segelintir manusia Dayak yang bukan saja berani, melainkan berkanjang melawan. Bahwa identitas sekaligus eksistensi Dayak sesungguhnya adalah rumah panjang.

Pengakuan dunia terhadap kebudayaan rumah panjang: Seiring dengan semakin berkembangnya kesadaran akan keberagaman budaya di dunia, kebudayaan rumah panjang Dayak semakin diakui dan dihargai. Banyak orang dari berbagai belahan dunia yang mulai tertarik untuk memahami lebih dalam tentang kehidupan dan nilai-nilai di balik rumah panjang Dayak. Ini mengindikasikan bahwa kebudayaan rumah panjang memiliki daya tarik global dan menjadi bagian dari warisan budaya manusia yang tak ternilai harganya.

Kembali ke alam sebagai model hidup yang baik dan benar: Kehidupan orang Dayak yang berpusat pada alam dan lingkungan alaminya mengajarkan kita tentang pentingnya harmoni dengan alam sekitar. Melalui kehidupan sederhana di rumah panjang, masyarakat Dayak menunjukkan bahwa hidup dalam keseimbangan dengan alam adalah model hidup yang baik dan benar. 

Dalam era modern yang semakin urbanisasi dan materialistik, nilai-nilai yang diajarkan oleh masyarakat Dayak tentang kembali ke alam dapat menjadi pelajaran berharga bagi kita semua untuk merenungkan kembali arti kehidupan dan hubungan dengan lingkungan sekitar.

Secara keseluruhan, rumah panjang di Sungai Utik, Kapuas Hulu, adalah wujud nyata dari kearifan dan nilai-nilai budaya orang Dayak, yang mencerminkan hubungan dekat antarwarga dan mengajarkan pentingnya harmoni dengan alam. Rumah panjang telah menginspirasi banyak konsep perumahan dan ruko modern, menunjukkan bahwa nilai-nilai budaya lokal dapat menjadi landasan bagi perkembangan arsitektur dan kehidupan kota masa kini. 

Tuduhan terdahulu terhadap rumah panjang merupakan sudut pandang yang tidak sepenuhnya mencerminkan kebenaran dan mengabaikan kekayaan budaya Dayak. 

Dalam dunia yang semakin terhubung, kebudayaan rumah panjang semakin diakui sebagai bagian penting dari kekayaan budaya global. Sekaligus ujud nilai-nilai (living values) yang diajarkan oleh masyarakat Dayak tentang kembali ke alam. 

Karena itu, kembali ke rumah panjang  patut direnungkan. Dan dipertimbangkan dan diterapkan sebagai model hidup yang lebih baik dan berkelanjutan. *)

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url