Rian Tubu: Situs Nenek Moyang Orang Punan

Rian Tubu, sitrus bersejarah orang Punan.

Bagi orang Punan, Rian Tubu itu perlu dikunjungi. Mengapa? Ia situs bersejarah. Saksi bisu yang mengisahkan jejak peradaban orang Punan.

Ketika saya berkunjung ke desa Rian Tubu, kampung halaman ayahku, perasaan haru dan nostalgia langsung menyelimuti hati. 

Di manakah gerangan Rian Tubu? 

Rian Tubu adalah salah satu desa di kecamatan Sungai Tubu, Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara.Rian Tubu adalah salah satu desa di kecamatan Sungai Tubu, Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara.

Setelah perjalanan panjang, akhirnya aku tiba di tempat yang begitu akrab di hati, tempat di mana akar keluargaku tumbuh dan berkembang. 

Sesampainya di sana, saya segera berkumpul dengan keluarga yang menantikan kedatangan kami dengan hangat.

Rian Tubu: makam nenek moyang orang Punan

Salah satu tujuan utama kami adalah mengunjungi makam nenek moyang kami, sebuah tempat suci yang menyimpan sejarah keluarga kami. 

Saat melangkahkan kaki menuju makam, saya merasakan ketenangan yang dalam. Di sana, di bawah pohon-pohon rindang, terletak makam nenekku. 

Ternyata, bukan hanya satu, tetapi banyak nenekku yang dimakamkan di sana. 

Nama-nama mereka tercatat dengan indah pada batu nisan yang sudah berusia ratusan tahun:

  1. Laub
  2. Abong Laub
  3. Tangga Laub
  4. Lawing Laub
  5. Lahee Cipi

Makam ini diperkirakan berusia antara 200 hingga 300 tahun, sebuah peninggalan yang menjadi saksi bisu perjalanan panjang keluarga kami. 

Melihat nama-nama nenek moyangku, saya merasakan kebanggaan yang mendalam sebagai keturunan mereka. 

Penulis (Fardeen) di situs bersejarah itu.

Saya, penulis narasi ini, adalah generasi kedelapan dari garis keturunan yang kuat dan penuh sejarah ini.

Berada di sana, di antara makam nenek moyang, saya merenungi kehidupan dan warisan yang mereka tinggalkan. Mereka adalah orang-orang yang dengan gigih bertahan dan membangun fondasi bagi generasi berikutnya. 

Bukan hanya ziarah

Mengunjungi makam ini bukan hanya ziarah, tetapi juga sebuah perenungan tentang siapa saya dan dari mana asal-usul saya. Ini adalah perjalanan batin yang mengingatkan saya akan pentingnya menghormati dan menjaga warisan keluarga.

Kembali ke rumah keluarga. Kami melanjutkan cerita dan kenangan tentang nenek moyang kami. Momen-momen seperti ini mengikat kami semakin erat, mengingatkan kami bahwa di balik setiap nama dan batu nisan, ada kisah dan pengorbanan yang membuat kami menjadi siapa kami sekarang. 

Dengan penuh rasa syukur, aku berjanji dalam hati untuk meneruskan warisan ini. Akan senantiasa menjaga nama baik keluarga. Juga menghormati leluhur kami yang telah membuka jalan bagi masa depan kami. 

(Fardeen).

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url