Memoar Alexander Wilyo yang Menggelegarkan Sumpah Kedaulatan Dayak

Tampak sampul depan buku itu.

SANGGAU NEWS: Alexander Wilyo, Sekretaris Daerah (Sekda) Ketapang, membangkitkan semangat kebesaran Dayak melalui dedikasi dan karya-karyanya.

Meskipun usia muda, 40 tahun, keberaniannya untuk menggali dan mengembangkan kembali nilai-nilai sejarah serta tradisi kebesaran Dayak dari masa lampau menjadi sorotan. 

Di tengah jabatannya sebagai Sekda, ia juga dikenal dengan gelar Patih Jaga Pati Raden Cendaga Pintu Bumi Jaga Benua, yang menunjukkan pengakuan atas karyanya yang luar biasa.

Buku hasil kolaborasi

Salah satu bukti nyata dari kontribusi luar biasa Alexander Wilyo adalah upayanya dalam merestorasi kejayaan dan kebesaran budaya Dayak. 

Melalui kolaborasi dengan penulis nasional Masri Sareb Putra dan Thomas Tion, Alexander Wilyo berhasil menyusun sebuah buku yang menggambarkan perjalanan dan pencapaian Alexander Wilyo dalam mengangkat martabat dan kebanggaan masyarakat Dayak.

 Kiprah Alexander Wilyo tidak hanya sebagai seorang birokrat, tetapi juga sebagai pemimpin yang menginspirasi dan membangun kesadaran akan pentingnya memelihara warisan budaya lokal.

Raja Kerajaan Hulu Aik ke-51, Petrus Singa Bansa (kiri) dan Patih Jaga Pati, Raden Cendaga Pintu Bumi Jaga Banua,Alexander Wilyo.


Dalam kisah ini, kita melihat bahwa usia bukanlah halangan bagi seseorang untuk berkarya dan memberikan dampak positif pada masyarakat. Alexander Wilyo membuktikan bahwa dengan semangat dan dedikasi, serta penghargaan terhadap warisan budaya, generasi muda dapat menjadi kekuatan yang mendorong perubahan dan memperkuat identitas budaya bangsa.

Sumpah Kedaulatan Dayak

Sumpah Kedaulatan Dayak, yang diucapkan oleh Patih Jaga Pati, Raden Cendaga Pintu Bumi Jaga Benua oleh Alexander Wilyo menggelegarkan tiga aspek penting kedaulatan suku bangsa Dayak:

  1. Daulat Budaya: Menegaskan komitmen untuk melindungi dan memelihara budaya Dayak sebagai cerminan identitas mereka, mencakup adat istiadat, bahasa, seni, dan ritual yang menjadi pondasi keutuhan suku Dayak di tengah arus modernisasi.
  2. Daulat Ekonomi: Berjanji untuk melindungi hak-hak ekonomi suku Dayak dan memastikan akses serta kendali atas sumber daya alam yang penting bagi kehidupan dan budaya mereka.
  3. Daulat Politik : Menekankan pentingnya kontrol atas nasib politik sendiri, Patih Jaga Pati menekankan partisipasi politik suku Dayak sebagai kunci untuk memastikan aspirasi dan kepentingan mereka diakui dalam masyarakat yang semakin terhubung dan kompleks.

Kerajaan Hulu Aik tetap eksis

Membaca buku ini, tidak bisa lain kesan. Kecuali bahwa Kerajaan Hulu Aik sungguh telah hadir sebagai saksi sekaligus pelaku Sejarah karena membuktikan serta merajut 3 syarat penting Sejarah, yakni: ada tokoh atau pelakunya, peristiwa, dan settting kejadian menyangkut waktu dan tempat. 

 Alexander Wilyo dalam salah satu seminar sebagai penarasumber "Menjadi Dayak yang hebat  tanpa sekat".

Pustaka bernilai sejarah yang diterbitkan oleh Lembaga Literasi Dayak ini merekonstruksi Kerajaan Hulu Aik di masa lampau ini bukan hanya menjadi sumber inspirasi dan pengetahuan bagi banyak orang. 

Lebih dari itu, ia menjadi tonggak penting dalam upaya memperkuat dan memperkaya keberagaman budaya suku bangsa Dayak sebagai bagian dari budaya Indonesia.

Buku penting bernuansa sejarah Dayak ini akan dilaunching dan dibedah pada sela-sela rangkaian acara peresmian Balai Kepatihan Jaga Pati, Ketapang, pada tanggal 4 Mei 2024, ada satu momen yang begitu bersejarah. 

Peluncuran dan bedah buku tersebut menjadi penanda kebanggaan bagi suku bangsa Dayak serta Kerajaan Ulu Aik, karena memperkenalkan sebuah karya sastra yang sangat berharga. 

- Rumah Kencana

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url