Raja Sanggau XXV Gusti Arman Menerima Sanggau News: Senganan dan Dayak Satu Keturunan

Raja Sanggau XXV Gusti Arman (kanan) dan Masri Sareb Putra dari Sanggau News.

Raja Sanggau XXV, Gusti Arman menerima Sanggau News di keraton kerajaan Sanggau pada 10 Juli 2023 siang selepas lohor.

"Lama kita tidak bertemu. Seingat saya sejak 2007. Ketika saya anggota DPRD Kabupaten Sanggau dari Partai PDIP," kata Raja Sanggau XXV.

Ketika itu, pengasuh portal kanal berita dan informasi, Sanggau News, Masri Sareb Putra adalah dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Indonusa Esa Unggul, Jakarta. Bersama dengan Dr. Lidya Evelina dan Bineratno, bertiga mereka mengelola sebuah usaha
Event Organizer (EO) yang menyelenggarakan pelatihan dan Bimbtek bagi anggota DPRD seputar topik retorika dan kiat mengelola keuangan daerah.

Gusti Arman dan Masri telah saling kenal sejak lama. Keduanya pada siang tadi saling berkisah dan mengenang kembali pertemuan dan persahabatan yang terjalin lama, namun baru belasan tahun kemudian baru berjumpa. 
Baca Sejarah Sanggau

Masri adalah seorang dari dua narasumber seminar penetapan hari jadi kota Sanggau yang diadakan Seminar Kajian Penentuan Hari Jadi Sanggau yang dilaksanakan pada hari Senin tanggal 14 Desember 2015 bertempat di Ruang Musyawarah Lantai 1 Kantor Bupati Sanggau. Namun, keduanya tidak saling bertemu apalagi tatap muka ketika itu.

"Sejarah Sanggau perlu ditulis kembali," papar Raja Sanggau XXV. "Yang ada beredar, ditulis orang Pontianak, kurang pas rasanya. Masa' dari mana tahu nama nenek moyang Babai Cinga dan Dara Nante? Kita saja, secara akal sehat, tidak hafal 7 ketuunan."

Maka, tegas Raja Sanggau XXV, "Saya menganjurkan menulis sejarah Sanggau dari yang kita ketahui saja. Ini banyak gambar dan foto masa lalu. Narasikan saja dari sumber dan dokumen yang ada," tegasnya.

Raja Sanggau XXV menjelaskan bahwa antara Melayu (Senganan) dan Dayak perlu ditulis jujur sejarahnya. "Kami ini bersaudara, seketurunan dengan Dayak Lintang Pelaman. Ini' (nenek) kami sama," terang baginda raja.

"Monsinyur Agus (Uskup Agung Pontianak), Pak Tui, dan Willem Amat, dan Pak Luwi itu saudara kami keturunan," kisahnya. "Dulu kami menyapa Dayak "Tua", artinya 'saudara tua' yang lebih dulu ada di Borneo mendahului keberadaan kami, Senganan.

"Dayang atau Ayang adalah orang Dayak dari Lintang. Ia permaisuri raja  yang menurunkan raja-raja Sanggau," kisah Raja Sanggau XXV. *)

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url