Bipang Ambawang dan Viral "Promosi" Jokowi

SANGGAU NEWS : Bipang (babi panggang) Ambawang. 

Kiranya terang benderang. Bahwa kuliner khas etnis Dayak dan Tionghoa di Kalimantan Barat itu, adanya di Ambawang. 

Suatu lokus tidak jauh dari kota Pontianak, sekitar 23 km, arah Simpang Ampar, Tayan.

Tiba-tiba saja. Tak ada angin tiada pula hujan. Kuliner khas Dayak dan Chinese yang berada di tepian kota Pontianak ini menjadi fenomenal dan terkenal di kalangan masyarakat. 

Baca atikel terkait Babi Guling Made: Nuansa Bali Di Pontianak

Semuanya dimulai ketika Joko Widodo, Presiden Indonesia. Beliau secara tidak sengaja menyebut Bipang Ambawang. Serta merta ucapan Jokowi viral. Di sini terbukti teori media yang menyatakan, "Big people makes big news". 

Berita tentang Jokowi terkait Bipang Ambawang tak terbendung di berbagai media. Alih-alih menampik. "Makanan khas", yang disebutkan itu, memang khas. 

Otomatis, ucapan Jokowi memperkenalkan kuliner tersebut kepada publik. Tapi, seperti halnya perkenalan hal baru, reaksi masyarakat pun beragam.

Kuliner ini memiliki sebutan khusus yaitu "bipang" atau "babi panggang Ambawang". Mengacu pada hidangan babi panggang dengan cita rasa khas dari daerah tersebut.

Ada yang menentang dan memprotes pengenalan kuliner ini. Namun, tak bisa dipungkiri juga bahwa ada banyak orang yang memberikan dukungan dan menyambutnya dengan antusias. Sebagai milik bangsa, Jokowi adalah presiden semua warga.

Dalam hal "soft promotion" Bipang Ambawang, tidak bisa dipungkiri bahwa kuliner khas tersebut mendapatkan popularitas yang meledak-ledak. Apalagi konsumen potensialnya sungguh besar. Orang yang melintas jalan trans Kalimantan Tayan-Ketapang-Kalimantan Tengah menyempatkan diri menikmati kuliner yang menimbulkan curiosity ini. Benarkah seperti yang diviralkan? Banyak orang ingin membuktikan!

Lokasi Bipang Ambawang yang strategis juga menjadi salah satu faktor utama kesuksesan kuliner ini. Berlokasi di Ambawang, yang hanya sekitar 30 - 40 menit perjalanan dari bandara Supadio Pontianak, membuatnya mudah dijangkau oleh wisatawan dan penduduk setempat. 

Kuliner ini memiliki sebutan khusus yaitu "bipang" atau "babi panggang Ambawang". Mengacu pada hidangan babi panggang dengan cita rasa khas dari daerah tersebut.

Menu-menu yang ditawarkan juga beragam, mulai dari porsi kecil hingga besar dengan nama-nama yang mengikuti bahasa setempat, yaitu bahasa Kanayatn, yang digunakan oleh salah satu sub-suku Dayak yang banyak mendiami Kalimantan Barat.

Waktu yang tepat untuk menikmati hidangan ini adalah antara pukul 11 siang hingga 12 siang. Pada saat itu, hidangan masih segar dan baru keluar dari oven, menambah kenikmatan rasanya.

Namun, bagi Anda yang tidak menyukai hidangan dari daging babi, jangan khawatir, karena ada pilihan menu lain seperti ayam dan ikan. Sehingga, semua kalangan bisa menikmati pengalaman kuliner yang kaya akan cita rasa di sana.

Baca atikel terkait Babi Guling Made: Nuansa Bali Di Pontianak

Kesuksesan kuliner ini pun sejatinya berasal dari strategi branding yang tepat. Dengan sebutan "bipang", kuliner ini berhasil menciptakan daya tarik tersendiri bagi para wisatawan dan pecinta kuliner, sehingga tak heran ketenarannya menjadi viral dan menyebar ke berbagai penjuru.

Inilah potret menarik tentang bagaimana sebuah kuliner khas lokal bisa menjadi sensasi dan mampu menyatukan perbedaan pandangan di tengah masyarakat. 

Kuliner khas Dayak dan Chinese di tepian kota Pontianak ini menjadi bukti nyata akan kekayaan budaya Indonesia yang tak terelakkan.

Apa pun, terutama terkait kuliner. Kita belajar dari fenomena Bipang Ambawang ini. Bahwa promosi dari pesohor dan orang luar itu perlu. Jangan terjadi, seperti istilah orang Sekadau dan Sintang, "Tempunakng muji labu."

Promosi diri sendiri, selain kill (membunuh karakter diri sendiri) --menurut pakar manajemen stratejik Prof. AB Susanto, juga berlebihan. Biasanya, promosi sarat muatan selfie bisa jadi kontra produktif.

Baca juga Makan Enak Di Pondok Inspirasi, Pusat Keunggulan Keling Kumang, Sekadau

Maka fenomenon promosi Bipang Ambawang oleh Jokowi, sejatinya bukan hal sederhana. Ia bisa menjadi topik disertasi. Bagaimana korelasi antara level kognitif-afektif-behavior di dalam memainkan "the mind of consumer" untuk tujuan pemasaran dan penjualan langsung.

Iklan. Begitulah cara kerjanya!*)

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url