Mandau dan Perisai : Simbol Serangan dan Bertahan Manusia Dayak

Sederhana : Lambang Partai Persatuan Daya (PPD),  mandau dan perisai.


SANGGAU NEWS : Mandau dan Perisai: Satu Kesatuan Simbol Dayak. Keduanya entitas berbeda, namun seperti keping mata uang. Kopi dan susu. Mobil dan bensin. Ayah dan ibu. Saling melengkapi. Mereka bukan lagi dua, melainkan: satu.

Adakah cara mudah mengenali Dayak sejati dan bukan? Memang ada!

Mandau dan perisai : satu kesatuan

Salah banyak , lihatlah ketika ada acara dan atau upacara adat. Apakah perlengkapan budaya/ atributnya lengkap: Mandau dan perisai, atau perisai dan mandau?

Juga tariannya. Tarian perang selalu: mandau dan perisai!

Yang satu melengkapi yang lain. Tidak pernah terpisah. Ia ada dalam satu kesatuan.

Tiap kali saya menyaksikan tarian Dayak --terutama lelakinya-- jika lengkap kedua simbol / filosofi/ atribut budaya itu, dalam hati saya bergumam: ia Dayak sejati. Minimal saya berkata: Paham dia adat budaya kita (Dayak).

Jadi, jangan (sekali-kali) memisahkan mandau dari perisai! Terutama dalam hal sensus plenior, kepenuhan makna filosofi manusia Dayak.

Makna mandau

Isu mengenai mandau mengemuka akhir-akhir ini. Pemantiknya, semua kita tahu. Gara-garanya, melepaskan satu sisi mandau, yakni: perisai. Padahal, keduanya keping mata uang.

Kita mengamati, 99% orang Dayak mengakui bahwa mandau budaya khas, atau penciri Dayak. Bahwa juga tidak boleh digunakan sembarangan.

Toh mandau bukan sebatas forma, barang fisik, yang tampak. Ia juga punya dimensi spiritual.

Jika seorang anak sakit-sakitanan, baiklah ia oleh orang tua disuruh menggigit mandau. Agar kuat. Keras. Elan vital, semangat hidupnya kembali kuat. Boleh percaya boleh tidak, tapi banyak anak yang kini dewasa, dahulu pernah melakukan adat ritual itu.

Jika saya misalnya punya saudara angkat dari Katingan. Ia Dayak Bakumpai, saya Dayak Jangkang. Sebelum kami diangkat bersaudara, kami wajib menggigit belakang mandau. Kuat kuasa janji kami itu. Teguh. Berbisa. Dan sakti seperti mandau.

Atas narasi singkat ini, Anda bisa simpulkan sendiri peran mandau. Ia simbol dan benda itu sendiri.

Simbol dan lambang Partai PersatuanDaya

Partai Daya (waktu berdirinya, tanpa huruf k, dan bukan Partai Persatuan Dayak --PPD) lambangnya: perisai dan mandau. Cikal bakal PD, atau PPD yang ikut Pemilu 1955 ini Daya in Action (DIA) yang dideklarasikan pada 1 November 1945.

Simbol dan lambang PD gabungan dari dua-kekuatan. Ia dwitunggal. Yang manakala bersatu, nirlawan. Invictus. Tak teralahkan!

Sisi yang satu (perisai) simbol bertahan, menahan, melindungi, mengayomi, menjaga, memelihara, dan simbol kedamaian. Defensif.

Sisi yang lain (mandau), menyerang. Ofensif. Dalam perspektif masa lampau, kadang menyerang adalah stratagi melindungi kampung/klan.

Akan tetapi, perisai dan mandau memang selalu ada saat tepat menggunakannya. Karena itu, memisahkan mandau dari perisai adalah tidak-bisa. Bukan falsafat Dayak jika memisahkan keduanya.

Menghunus mandau tanpa tujuan yang jelas, bisa kena singer (sanksi adat). Mandau ke mana saja wajib dibawa, bukan pertama-tama untuk menyerang, melainkan sebagai tanda bukti SIGAP, SIAP, seperti kita ke mana-mana saat ini membawa HP dan gadget.

Di kalangan Dayak Jangkang, membawa parang/ mandau, tombak dalam keadaan tidak tersarungkan (terhunus) saja sudah kena adat. Apalagi sampai menunjukkannya dan mengancam orang atau menakut-nakutinya. Belum kena ujung mandau pun, jika bukan musuh dalam perang, asalkan dalam keadaan terhunus, kena sanksi. Probasah. Bisa juga Pomomar doya.

Upacara memotong halangan (manetek pantan), pada tiap upacara, harus putus sekali tebas. Bukti bahwa hambatan diatasi dengan lekas, tidak tertunda-tunda.

  • Rangkaya Bada

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url