Tengkawang: Borneo Tallow Nut yang Semakin Langka

Pohon tengkawang. Sanggau News.
Kalimantan Barat menyimpan sebuah kekayaan alam yang tak boleh dilupakan: Tengkawang Tungkul. Tengkawang merupakan salah satu tanaman endemik yang tumbuh subur di hutan belantara wilayah ini. Sejak tahun 1881, masyarakat lokal telah mengenal potensi luar biasa dari tanaman yang termasuk dalam famili Dipterocarpaceae ini, dan mereka mulai membudidayakannya.

Seiring dengan pergeseran ini, praktik budidaya tengkawang semakin menurun.Tengkawang juga menghadapi ancaman kepunahan.

Tengkawang Tungkul, yang dikenal juga sebagai meranti merah, memiliki peranan penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Kalimantan Barat. Biji merah yang dihasilkan oleh tanaman ini dikenal dengan nama Borneo tallow nut dalam bahasa Inggris. Biji ini diolah menjadi minyak nabati yang digunakan dalam proses memasak, menjadi sumber daya alam yang sangat berharga.

Buah tengkawang. Sanggau News

Tidak hanya bijinya yang bermanfaat, bagian-bagian lain dari pohon tengkawang juga memiliki kegunaan yang beragam. Batangnya sangat baik untuk papan bangunan. Dari pembuatan makanan hingga penggunaan dalam pembuatan coklat, pelumas, obat tradisional, lilin, dan kosmetik, pohon tengkawang memberikan kontribusi signifikan bagi kehidupan sehari-hari dan ekonomi masyarakat setempat.

Keistimewaan tengkawang tidak hanya terletak pada nilai ekonomisnya. Bagi suku Dayak di Kalimantan Barat, pohon tengkawang memiliki multi-guna Tengkawang dianggap sebagai pohon kehidupan karena segala fungsinya yang serbaguna. 

Tengkawang telah diwariskan dari generasi ke generasi oleh nenek moyang suku Dayak. Bahkan, batang pohon tengkawang yang sudah tua dapat digunakan dalam pembangunan rumah, mencerminkan hubungan yang erat antara manusia dan alam.

Namun, dalam perjalanan waktu, masyarakat Kalimantan Barat mulai beralih ke komoditas lain, terutama kelapa sawit, yang memiliki potensi pasar yang lebih besar. Ini telah menggeser perhatian dari tanaman tradisional seperti tengkawang. Seiring dengan pergeseran ini, praktik budidaya tengkawang semakin menurun.

Tak hanya itu. Tengkawang juga menghadapi ancaman kepunahan. Praktik budidaya yang menurun telah menyebabkan semakin langkanya pohon-pohon tengkawang. Meskipun demikian, ada harapan baru yang muncul. Warga sekitar kini memanfaatkan biji kering tengkawang untuk diolah menjadi mentega, memberikan peluang baru bagi pemanfaatan tanaman ini.

Dalam musim panen raya, pohon-pohon tengkawang di Kalimantan Barat akan bersamaan berbunga dan berbuah. Meskipun tidak setiap tahun buahnya berlimpah, dalam satu musim panen, setiap pohon tengkawang mampu menghasilkan biji kering dalam jumlah yang mengesankan, mencapai sekitar 250-400 kilogram per pohon. Dan harga biji ini terjangkau, hanya sekitar Rp 3.000 per kilogram.

Kisah Tengkawang Tungkul adalah pengingat bagi kita tentang pentingnya menjaga keanekaragaman hayati dan kearifan lokal. Di tengah arus modernisasi, menghargai dan melestarikan tanaman ini adalah upaya untuk mempertahankan identitas budaya dan hubungan manusia dengan alam yang sudah terjalin begitu lama.*)

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url