Menyingkap Jejak Manusia Purba melalui Penanggalan Radiokarbon: Studi dari Gua Besar Niah, Sarawak
Rute Migrasi yang diduga untuk pemukiman manusia modern (AMH) di Asia Tenggara pada Akhir Pleistosen. |
Hasil penelitian menunjukkan bahwa manusia telah menghuni lokasi ini sejak paling tidak 45.000 tahun yang lalu.
Penemuan alat batu yang berada di bawah lapisan arang yang terdatekan paling awal memperkuat dugaan bahwa kehadiran manusia di daerah ini mungkin jauh lebih tua dari 45.000 tahun.
Metode dan perlakuan awal
Penelitian ini memanfaatkan penanggalan radiokarbon dengan teknik spektrometri massa akselerator (AMS), yang dikenal karena kemampuannya dalam memberikan hasil yang sangat presisi.
Penulis di dalam situs bersejarah Gua Niah. |
Keunggulan metode ABOX-SC
Temuan utama dari studi ini menunjukkan bahwa metode ABOX-SC terbukti sangat efektif dalam menangani sampel arang yang sangat tua. Untuk sampel yang berusia kurang dari sekitar 25.000 tahun, ABOX-SC memberikan hasil yang sebanding dengan metode perlakuan awal lainnya.
Namun, keunggulan metode ini lebih jelas terlihat pada sampel yang lebih tua. ABOX-SC mampu memberikan usia yang lebih tua hingga 4.000 tahun lebih dari metode lain, berkat kemampuannya yang superior dalam menghilangkan kontaminasi, sehingga menghasilkan data yang lebih akurat untuk arang kuno.
Kronologi Gua Niah
Dengan menggunakan metode ABOX-SC, penelitian ini berhasil memperbarui kronologi Gua Besar Niah. Lokus situs bersejarah itu kini berada di Batu Niah, Miri, Sarawak, Malaysia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa manusia sudah ada di lokasi ini setidaknya sejak 45.000 tahun yang lalu.
Penemuan alat batu yang terletak di bawah lapisan arang yang paling awal terdatekan semakin mendukung kemungkinan bahwa keberadaan manusia di wilayah ini bisa jadi lebih tua dari 45.000 tahun.
Penelitian juga menggali tantangan yang dihadapi ketika menggunakan penanggalan luminesensi terstimulasi optik (OSL) sebagai pelengkap untuk penanggalan radiokarbon. OSL menunjukkan variabilitas yang tinggi, yang sebagian besar disebabkan oleh faktor-faktor seperti pemutihan parsial dan variasi lokal dalam laju dosis. Variabilitas ini membatasi kemampuan OSL dalam melengkapi kronologi yang ditetapkan oleh penanggalan radiokarbon.
Studi ini juga menyoroti bagaimana tingkat kontaminasi arang dapat bervariasi antar sampel, yang secara langsung mempengaruhi keandalan hasil penanggalan. Beberapa sampel menunjukkan kontaminasi yang rendah, sementara yang lainnya mengalami tingkat kontaminasi yang signifikan, terutama dalam urutan Hell Trench.
Oleh karena itu, pemilihan metode perlakuan awal yang tepat, seperti ABOX-SC, menjadi sangat penting untuk memastikan hasil penanggalan yang akurat, terutama untuk sampel yang berusia lebih dari 25.000 tahun. Temuan ini tidak hanya memberikan wawasan baru tentang waktu keberadaan manusia di wilayah tropis, tetapi juga menekankan pentingnya teknik yang tepat dalam mengungkap sejarah manusia purba.
Studi ini memberikan kontribusi penting dalam pemahaman kita tentang kronologi awal peradaban manusia dan menegaskan keunggulan teknik penanggalan radiokarbon dalam mengungkap lapisan-lapisan sejarah yang tersembunyi dalam situs arkeologi kuno.
Rute migrasi di Asia Tenggara pada akhir Pleistosen
- Kedatangan Awal dari Afrika:Manusia modern pertama kali tiba dari Afrika melalui Asia Selatan menuju Tiongkok bagian selatan sekitar 80.000 tahun yang lalu (dilambangkan dengan panah putih besar).
- Pemukiman di Benua Asia Timur:Proses pemukiman di benua Asia Timur akhirnya menyebabkan penyebaran ke wilayah laut utara Asia Tenggara melalui Filipina dan ke selatan menuju Kalimantan, mencapai sejauh Sulawesi di selatan dan Maluku di timur (dilambangkan dengan panah kuning).
- Penyebaran dari Daratan Utama: Penyebaran lain dari daratan utama melalui Semenanjung Malaysia membentuk populasi di kepulauan selatan Asia Tenggara (dilambangkan dengan panah oranye terang), Australia (dilambangkan dengan panah merah), dan Papua Nugini (dilambangkan dengan panah oranye gelap).
- Perkembangan dalam Asia Tenggara:Di dalam Asia Tenggara sendiri, haplogrup E tampaknya muncul sekitar 30.000 tahun yang lalu dan kemudian menyebar ke sebagian besar wilayah, termasuk ke utara menuju Taiwan dan ke timur menuju Papua Nugini setelah sekitar 15.000 tahun yang lalu (dilambangkan dengan kotak hijau dan panah).
(Catatan: Bintang menunjukkan lokasi Gua Niah; peta diambil dari Google Earth v7.1.5 1557).
-- Masri Sareb Putra, M.A. berdasarkan riset ke lokus situs bersejarah Gua Niah dan diperkaya dengan sumber ilmiah berikut ini:
https://www.frontiersin.org/journals/ecology-and-evolution/articles/10.3389/fevo.2016.00075/full
sumber gambar: https://www.frontiersin.org/files/Articles/191813/fevo-04-00075-HTML-r1/image_m/fevo-04-00075-g004.jpg